Follow abeezain on Twitter

Makna Assyahadatain


Baca selengkapnya atau download dokumen





Pendahuluan


Kalimah syahadatain adalah kalimat yang tidak asing lagi bagi umat Islam.  Kita senantiasa menyebutnya setiap hari, misalnya ketika shalat dan azan.  Kalimah syahadatain sering diucapkan oleh ummat Islam dalam pelbagai keadaan.  Sememangnya kita menghafal kalimah syahadah dan dapat menyebutnya dengan fasih, namun demikian sejauh manakah berkesan kalimah syahadatain ini difahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari ummat Islam ?

Soalan tersebut perlu dijawab dengan realiti yang ada.  Tingkah laku ummat Islam yang terpengaruh dengan jahiliyah atau cara hidup Barat yang memberi gambaran bahawa syahadah tidak memberi kesan lainnya seperti tidak menutup aurat, melakukan perkara-perkara larangan dan yang meninggalkan perintah-Nya, memberi kesetiaan dan taat bukan kepada Islam, dan mengingkari rezki atau tidak menerima sesuatu yang dikenakan kepada dirinya.  Contoh ini adalah wujud dari seseorang yang tidak memahami syahadah yang dibacanya dan tidak mengerti makna yang sebenarnya dibawa oleh syahadah tersebut.

Kalimah Syahadah merupakan asas utama dan landasan penting bagi rukun Islam.  Tanpa syahadah maka rukun Islam lainnya akan runtuh begitupun dengan rukun Iman.  Tegaknya syahadah dalam kehidupan seorang individu maka akan menegakkan ibadah dan dien dalam hidup kita.  Dengan syahadah maka wujud sikap ruhaniah yang akan memberikan motivasi kepada tingkah laku jasmaniah dan akal fikiran serta memotivasi kita untuk melaksanakan rukun Islam lainnya.

Menegakkan Islam maka mesti menegakkan rukun Islam terlebih dahulu, dan untuk tegaknya rukun Islam maka mesti tegak syahadah terlebih dahulu.  Rasulullah SAW mengisyaratkan bahawa, Islam itu bagaikan sebuah bangunan.  Untuk berdirinya bangunan Islam itu harus ditopang oleh 5 (lima) tiang pokok iaitu syahadatain, shalat, saum, zakat dan haji ke baitul haram.  Dalam hadits yang lain :  Shalat sebagai salah satu rukun Islam merupakan tiangnya ad dien.

Di kalangan masyarakat Arab di zaman Nabi SAW, mereka memahami betul makna dari syahadatain ini, terbukti dalam suatu peristiwa dimana Nabi SAW mengumpulkan ketua-ketua Quraisy dari kalangan Bani Hasyim, Nabi SAW bersabda :  Wahai saudara-saudara, mahukah kalian aku beri satu kalimat, dimana de-ngan kalimat itu kalian akan dapat menguasai seluruh jazirah Arab.  Kemudian Abu Jahal terus menjawab :  Jangankan satu kalimat, sepuluh kalimat berikan kepadaku.  Kemudian Nabi SAW bersabda :  Ucapkanlah Laa ilaha illa Allah dan Muhammadan Rasulullah.  Abu Jahal pun terus menjawab :  Kalau itu yang engkau minta, berarti engkau mengumandangkan peperangan dengan semua orang Arab dan bukan Arab.

Penolakan Abu Jahal kepada kalimah ini, bukan kerana dia tidak faham akan makna dari kalimat itu, tetapi justru sebaliknya.  Dia tidak mau menerima sikap yang mesti tunduk, taat dan patuh kepada Allah SWT sahaja, dengan sikap ini maka semua orang akan tidak tunduk lagi kepadanya.  Abu Jahal ingin mendapatkan loyaliti dari kaum dan bangsanya.  Penerimaan syahadah bermakna menerima semua aturan dan segala akibatnya.  Penerimaan inilah yang sulit bagi kaum jahiliyah mengaplikasikan syahadah.

Sebenarnya apabila mereka memahami bahawa loyaliti kepada Allah itu juga akan menambah kekuatan kepada diri kita.  Mereka yang beriman semakin dihormati dan semakin dihargai.  Mereka yang memiliki kemampuan dan ilmu akan mendapatkan kedudukan yang sama apabila ia sebagai muslim.  Abu Jahal adalah tokoh di kalangan Jahiliyah dan ia memiliki banyak potensi diantaranya ialah ahli hukum (Abu Amr).  Setiap individu yang bersyahadah, maka ia menjadi khalifatullah fil Ardhi.

Kalimah syahadah mesti difahami dengan benar, kerana di dalamnya terdapat makna yang sangat tinggi.  Dengan syahadah maka kehidupan kita akan dijamin bahagia di dunia ataupun di akhirat.  Syahadah seba-gai kunci kehidupan dan tiang dari pada dien.  Oleh itu, marilah kita bersama memahami syahadatain ini.

 



A-1.  AHAMMIYATU SYAHADATAIN


Objektif


1.       Memahami kepentingan syahadah dalam hidup seorang muslim.
2.       Memahami syahadah sebagai pintu masuk dan intisari ajaran Islam serta menjadi dasar perubahan total sesuatu ummat.

Sinopsis


Kepentingan syahadat (ahamiyah syahadah) perlu didedahkan kepada mad’u agar dapat betul-betul memahami syahadah secara konsep dan aplikasinya.  Kenapa syahadah penting karena dengan bersyahadah seseorang boleh menyebutkan dirinya sebagai muslim, syahadah sebagai pintu bagi masuknya seseorang kedalam Islam.  Kefahaman seorang muslim dapat melakukan perubahan-perubahan individu, keluarga ataupun masyarakat.  Dalam sejarah para nabi dan rasul, syahadah sebagai kalimah yang diperjuangkan dan kalimah inilah yang menggerakkan dakwah nabi dan rasul.  Akhir sekali, dengan syahadah tentunya setiap muslim akan mendapatkan banyak pahala dan ganjaran yang besar dari Allah SWT.

Hasyiah


1.     Ahamiyah Syahadah  (kepentingan bersyahadah).

Sarahan :


Syahadatain adalah rukun Islam yang pertama.  Kepentingan syahadah ini karena syahadah sebagai dasar bagi rukun Islam yang lain dan bagi tiang untuk rukun Iman dan Dien.  Syahadatain ini menjadi ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam.  Oleh sebab itu, sangat penting syahadah dalam kehidupan setiap muslim.  Sebab-sebab kenapa syahadah penting bagi kehidupan muslim adalah :
Pintu masuknya Islam
Intisari ajaran Islam
Dasar-dasar perubahan menyeluruh
Hakikat dakwah para rasul
Keutamaan yang besar


2.     Madkhol Ila Islam  (pintu masuk ke dalam Islam).

Sarahan :

·         Sahnya iman seseorang adalah dengan menyebutkan syahadatain
·         Kesempurnaan iman seseorang bergantung kepada pemahaman dan pengamalan syahadatain
·         Syahadatain membedakan manusia kepada muslim dan kafir
·         Pada dasarnya setiap manusia telah bersyahadah Rubbubiyah di alam arwah, tetapi ini sahaja belum cukup, untuk menjadi muslim mereka harus bersyahadah Uluhiyah dan syahadah Risalah di dunia.

Dalil :

·         Hadits :  Rasulullah SAW memerintahkan Mu’az bin Jabal untuk mengajarkan dua kalimah syahadah, sebelum pengajaran lainnya.
·         Hadits :  Pernyataan Rasulullah SAW tentang misi Laa ilaha illa Allah dan kewajiban manusia untuk menerimanya.
·         Q.47 : 19, Pentingnya mengerti, memahami dan melaksanakan syahadatain.  Manusia berdosa akibat melalaikan pemahaman dan pelaksanaan syahadatain.
·         Q.37 : 35, Manusia menjadi kafir karena menyombongkan diri terhadap Laa ilaha illa Allah.
·         Q.3 : 18, Yang dapat bersyahadat dalam arti sebenarnya adalah hanya Allah, para Malaikat dan orang-orang yang berilmu yaitu para Nabi dan orang yang beriman kepada mereka.
·         Q.7 : 172, Manusia bersyahadah di alam arwah sehingga fitrah manusia mengakui keesaan Allah.  Ini perlu disempurnakan dengan syahadatain sesuai ajaran Islam.


3.     Kholaso Ta’lim Islam  (kefahaman muslim terhadap Islam).

Sarahan :

·         Kefahaman muslim terhadap Islam bergantung kepada kefahamannya pada syahadatain.  Seluruh ajaran Islam terdapat dalam dua kalimah yang sederhana ini.
·         Ada 3 hal prinsip syahadatain :
1.       Pernyataan Laa ilaha illa Allah merupakan penerimaan penghambaan atau ibadah kepada Allah sahaja.  Melaksanakan minhajillah merupakan ibadah kepadaNya.
2.       Menyebut Muhammad Rasulullah merupakan dasar penerimaan cara penghambaan itu dari Muhammad SAW.  Rasulullah adalah tauladan dalam mengikuti Minhajillah.
3.       Penghambaan kepada Allah meliputi seluruh aspek kehidupan.  Ia mengatur hubungan manusia dengan Allah dengan dirinya sendiri dan dengan masyarakatnya.

Dalil :

·         Q.2:21, 51:56, Ma’na Laa ilaha illa Allah adalah penghambaan kepada Allah.  21:25, Rasul diutus dengan membawa ajaran tauhid.
·         Q.33:21, Muhammad SAW adalah tauladan dalam setiap aspek kehidupan.  3:31, aktifiti hidup hendaknya mengikuti ajaran Muhammad SAW.
·         Q.6:162, Seluruh aktiviti hidup manusia secara individu, masyarakat dan negara mesti ditujukan kepada mengabdi Allah SWT sahaja.  3:19, 3:85, 45:18, 6:153, Islam adalah satu-satunya syariat yang diredhai Allah.  Tidak dapat dicampur dengan syariat lainnya.


4.     Asasul Inqilab  (dasar-dasar perubahan).

Sarahan :

·         Syahadatain mampu manusia dalam aspek keyakinan, pemikiran, maupun jalan hidupnya.  Perubahan meliputi berbagai aspek kehidupan manusia secara individu atau masyrakat.
·         Ada perbedaan penerimaan syahadatain pada generasi pertama umat Muhammad dengan generasi sekarang.  Perbedaan tersebut disebabkan  kefahaman terhadap makna syahadatain secara bahasa dan pengertian, sikap konsisten terhadap syahadah tersebut dalam pelaksanaan ketika menerima maupun menolak.
·         Umat terdahulu langsung berubah ketika menerima syahadatain.  Sehingga mereka yang tadinya bodoh menjadi pandai, yang kufur menjadi beriman, yang bergelimang dalam maksiat menjadi takwa dan abid, yang sesat mendapat hidayah.  Masyarakat yang tadinya bermusuhan menjadi bersaudara di jalan Allah.
·         Syahadatain dapat merubah masyarakat dahulu maka syahadatain pun dapat merubah umat sekarang menjadi baik.

Dalil :

·         Q.6:122, Penggambaran Allah tentang perubahan yang terjadi pada para sahabat Nabi, yang dahulunya berada dalam kegelapan jahiliyah kemudian berada dalam cahaya Islam yang gemilang.
·         Q.33:23, Perubahan individu contohnya terjadi pada Muz’ab bin Umair yang sebelum mengikuti dakwah rasul merupakan pemuda yang paling terkenal dengan kehidupan yang glamour di kota Mekkah tetapi setelah menerima Islam, ia menjadi pemuda sederhana yang da’I, duta rasul untuk kota Madinah.  Kemudian menjadi syuhada Uhud.  Saat syahidnya rasulullah membacakan ayat ini.
·         Q.37:35-37, reaksi masyarakat Quraisy terhadap kalimah tauhid.  85:6-10, reaksi musuh terhadap keimanan kaum mukminin terhadap Allah 18:2, 8:30, musuh memerangi mereka yang konsisten dengan pernyataan Tauhid.
·         Hadits : Laa ilaha illa Allah, kalimat yang dibenci penguasa zalim dan kerajaan.
·         Hadits : Janji Rasul bahawa kalimah tauhid akan memuliakan kaumnya.


5.     Haqiqat Dakwah Rasul.

Sarahan :

·         Setiap Rasul semenjak nabi Adam AS hingga nabi besar Muhammad SAW membawa misi dakwahnya adalah syahadah.
·         Makna syahadah yang dibawa juga sama iaitu laa ilaha illa Allah.
·         Dakwah rasul senantiasa membawa umat kepada pengabdian Allah sahaja.

Dalil :

·         Q.60:4, Nabi Ibrahim berdakwah kepada masyarakat untuk membawanya kepada pengabdian Allah sahaja.
·         Q.18:110, Para nabi membawa dakwah bahawa ilah hanya satu iaitu Allah sahaja.


6.     Fadailul A’dhim  (ganjaran yang besar)

Sarahan :

·         Banyak ganjaran-ganjaran yang diberikan oleh Allah dan dijanjikan oleh Nabi Muhammad SAW.
·         Ganjaran dapat berupa material ataupun moral.  Misalnya kebahagiaan di dunia dan akhirat, rezeki yang halal dan keutamaan lainnya.
·         Keutamaan ini selalu dikaitkan dengan aplikasi dan implikasi syahadah dalam kehidupan sehari-hari.
·         Dielakkannya kita dari segala macam kesakitan dan kesesatan di dunia dan di akhirat.

Dalil :

·         Q: Allah SWT memberikan banyak keutamaan dan kelebihan bagi yang bersyahadah.
·         H: Allah SWT akan menghindarkan neraka bagi mereka yang menyebut kalimah syahadah.



Ringkasan Dalil :


Kepentingan syahadatain  :  (Q.4:41, 2:143)
Pintu masuk ke dalam Islam    :  (a)
Intisari ajaran Islam                   :  (b, 21:25)
Dasar-dasar perubahan total    :  (6:122, 13:11)  pribadi dan masyarakat
Hakikat dakwah para rasul as.                :  (21:25, 3:31, 6:19, 16:36)
Kelebihan yang besar

 



A-2.  MADLUL SYAHADAH


Objektif


1.       Memahami kandungan kata “syahadah” dan kepentingannya.
2.       Memahami pengertian iman dan hubungannya dengan syahadah.
3.       Menyadari bahawa hanya dengan istiqomah dalam syahadah dapat mencapai kebahagiaan.

Sinopsis


Syahadatain begitu berat diperjuangkan oleh para sahabat, bahkan mereka sedia dan tidak takut terhadap segala ancaman kafir.  Sahabat nabi misalnya Habib berani menghadapi siksaan dari Musailamah yang memotong tubuhnya satu persatu, Bilal bin Rabah tahan menerima himpitan batu besar di tengah hari dan sederet nama lainnya.  Mereka mempertahankan syahadatain.  Muncullah pertanyaan kenapa mereka bersedia dan berani mempertahankan kalimah syahadah ?  Ini disebabkan kerana kalimah syahadah mengandung makna yang sangat mendalam bagi mereka.  Syahadah bagi mereka dan arti yang sebenarnya mencakupi pengertian ikrar, sumpah dan janji.  Majoriti umat Islam mengartikan syahadat sebagai ikrar sahaja, apabila mereka tahu bahawa syahadah juga mengandung arti sumpah dan janji, serta tahu bahawa akibat janji dan sumpah maka mereka akan benar-benar mengamalkan Islam dan beriman.  Iman sebagai dasar dan juga hasil dari pengertian syahadah yang betul.  Iman secara sebutan oleh mulut, juga diyakini oleh hati dan diamalkan oleh perbuatan sebagai pengertian yang sebenarnya dari iman.  Apabila kita mengamalkan syahadah dan mendasarinya dengan iman yang konsisten dan istiqomah, maka beberaoa hasil akan dirasakan seperti keberanian, ketenangan dan optimis menjalani kehidupan.  Kemudian Allah SWT memberikan kebahagiaan kepada mereka di dunia dan di akhirat.

Hasyiah


1.     Madlul Syahadah.

Sarahan :

·         Pernyataan (ikrar), iaitu suatu statemant seorang muslim mengenai keyakinannya.  Pernyataan ini sangat kuat karena didukung oleh Allah, Malaikat dan orang-orang yang berilmu (para nabi dan orang yang beriman).  Hasil dari ikrar ini adalah kewajiban kita untuk menegakkan dan memperjuangkan apa yang diikrarkan.
·         Sumpah (qosam) iaitu pernyataan kesediaan menerima akibat dan resiko apapun dalam mengamalkan syahadah.  Muslim yang menyebut asyhad berarti siap dan bertanggung-jawab dalam tegaknya Islam.  Pelanggaran terhadap sumpah ini adalah kemunafikan dan tempat orang munafik adalah neraka jahanam.
·         Perjanjian yang teguh (mitsaq) iaitu janji setia untuk mendengar dan taat dalam segala keadaan terhadap semua perintah Allah yang terkandung dalam Kitabullah maupun Sunnah Rasul.

Dalil :

·         Q.3:18, syahadat yang berarti ikrar dari Allah, Malaikat dan orang-orang yang berilmu tentang Laa ilaha illa Allah.  Q.7:172, ikrar tentang Rububiyatullah manusia merupakan alasan bagi ikrar tentang keesaan Allah.  Q.3:81, ikrar para nabi mengakui kerasulan Muhammad SAW meskipun mereka hidup sebelum kedatangan Rasulullah SAW.
·         Q.63:1-2, syahadah berarti sumpah.  Orang-orang munafiq berlebihan dalam pernyataan syahadahnya, padahal mereka tidak lebih sebagai pendusta.  Q.4:138-145, beberapa ciri orang yang melanggar sumpahnya iaitu memberikan wala kepada orang-orang kafir, memperolok-olok ayat Allah, mencari kesempatan dalam kesempitan kaum muslimin, menunggu-nunggu kesalahan kaum muslimin, malas dalam sholat dan tidak punya pendirian.  Orang-orang mukmin yang sumpahnya teguh tidak akan bersifat seperti tersebut.
·         Q.5:7, 2:285, syahadah adalah mitsaq yang harus diterima dengan sikap sam’an wa tho’atan didasari dengan iman yang sebenarnya terhadap Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari Akhir dan Qadar baik maupun buruk.  Q.2:93, pelanggaran terhadap mitsaq ini berakibat laknat Allah seperti yang pernah terjadi pada orang-orang Yahudi.


2.     Iman.

Sarahan :

Syahadah yang dinyatakan seorang muslim penuh kesadaran sebagai sumpah dan janji setia ini merupakan ruh iman, iaitu :
·         Ucapan (qoul) yang senantiasa sesuai dengan isi hatinya yang suci.  Perkataan maupun kalimat yang keluar dari lidahnya yang baik serta mengandungi hikmah.  Syahadah diucapkan dengan penuh kebanggaan iman (isti’la-ul iman) berangkat dari semangat isyhadu biannaa muslimin.
·         Membenarkan (tasydiq) dengan hati tanpa keraguan.  Iaitu sikap keyakinan dan penerimaan dengan tanpa rasa keberatan atau pilihan lain terhadap apa yang didatangkan Allah.
·         Perbuatan (amal) yang termotivasi dari hati yang ikhlas dan kefahaman terhadap maksud-maksud aturan Allah.  Amal merupakan cerminan dari kesucian hati dan upaya untuk mencari redha Ilahi.  Amal yang menunjukkan sikap mental dan moral Islami yang dapat dijadikan teladan.
·         Ketiga perkara diatas tidak terpisahkan sama sekali.  Seorang muslim yang tidak membenarkan ajaran Allah dalam hatinya bahkan membencinya, meskipun kelihatan mengamalkan sebahagian ajaran Islam adalah munafiq I’tiqodi yang terlaknat.  Muslim yang meyakini kebenaran ajaran Islam dan menyatakan syahadatnya dengan lisan tetapi tidak mengamalkan dalam kehidupan adalah munafiq amali.  Sifat nifaq dapat terjadi sementara terhadap seorang muslim oleh karena berdusta, menyalahi janji atau berkhianat.

Dalil :

·         Q.49:15, 4:65, 33:36, Iman adalah keyakinan tanpa keraguan, penerimaan menyeluruh tanpa rasa keberatan, kepercayaan tanpa pilihan lain terhadap semua keputusan Allah.  Q.3:64, sikap hidup yang merupakan cermin identiti Islam.
·         Q.4:123-125, Iman bukanlah hanya angan-angan, tetapi sesuatu yang tertanam di dalam hati dan harus diamalkan dalam bentuk praktikal.  Amal yang dikerjakan harus merupakan amal sholeh yang dilakukan dengan ihsan dan penyerahan yang sempurna kepada kehendak Allah.  Dalam melakukan amal tersebut, seorang mukmin merasa dikawal oleh Allah SWT.
·         Q.2:80, diantara kekeliruan ummat Islam adalah mencontoh sikap Yahudi.  Misalnya merasa bahawa neraka merupakan siksaan yang sebentar sehingga tidak apa memasukinya.  Atau mereka merasa akan masuk surga semata-mata karena imannya sehingga tidak perlu beramal sholeh lagi.
·         Q.2:8, 63:1-2, 48:11, Ucapan lisan tanpa membenarkan dengan hati adalah sikap nifaq I’tiqodi.  Berbicara dengan mulutnya sesuatu yang tidak ada dalam hatinya.
·         Hadits.  Tanda-tanda munafiq ada tiga.  Jika salah satu ada pada seseorang, maka ia merupakan munafiq sebahagian.  Bila keseluruhannya terdapat, maka ia munafiq yang sesungguhnya iaitu : bila berbicara ia berdusta, bila berjanji menyalahi, dan bila diberi amanah ia berkhianat.  Ketiga tanda ini termasuk jenis munafiq amali.
·         Imam Hasan Basri berkata, “Iman bukanlah angan-angan, bukan pula sekedar hiasan, tetapi keyakinan yang hidup di dalam hati dan dibuktikan dalam amal perbuatan”.


3.     Istiqomah.


Sarahan :

Keimanan seseorang muslim yang mencakupi tiga unsur di atas mesti selalu dipelihara dan dijaga dengan sikap istiqomah.  Istiqomah adalah konsisten, tetap dan teguh.  Tetap pada pendirian, tidak berubah dan tahan uji.  Sikap istiqomah akan melahirkan tiga hal yang merupakan ciri orang-orang beriman sempurna, iaitu :
·         Syajaah (keberanian) muncul karena keyakinan sebagai hamba Allah yang selalu dibela dan didukung Allah.  Tidak takut menghadapi tantangan hidup, siap berjuang untuk tegaknya yang haq (benar).  Keberanian juga bersumber kepada keyakinan terhadap qadha dan qadar Allah yang pasti.  Tidak takut pada kematian karena kematian di jalan Allah merupakan anugerah yang selalu dirindukannya.
·         Itminan (ketenangan) berasal dari keyakinan terhadap perlindungan Allah yang memelihara orang-orang mukmin secara lahir dan batin.  Dengan senantiasa ingat pada Allah dan selalu berpanduan kepada petunjukNya (kitabullah dan sunnah), maka ketenangan akan selalu hidup di dalam hatinya.
·         Tafaul (optimis), meyakini bahawa masa depan adalah milik orang-orang yang beriman.  Kemenangan ummat Islam dan kehancuran kaum kufar sudah pasti.  Mukmin menyadari bahawa amal perbuatan yang dilakukannya tidak akan sia-sia, melainkan pasti dibalas Allah dengan pembalasan yang sempurna.

Dalil :

·         Q.11:112-113, istiqomah artinya tidak menyimpang atau cenderung pada kekufuran.  Q.17:73-74, istiqomah tetap teguh, tahan dan kuat dalam menghadapi dan melaksanakan perintah Allah.  Q.42:15, terus berjuang menyampaikan ajaran Allah dengan tidak mengikuti hawa nafsu.  Hadits : Abi Amr atau Abi Amrah Sofyan bin Abdillah, ia berkata : “aku berkata : Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku tentang suatu perkataan yang aku tak akan dapat menanyakannya kepada seseorang kecuali kepadamu’.  Bersabdalah Rasulullah, katakanlah : aku telah beriman kepada Allah, kemudian berlaku istiqomahlah kamu”.  (Muslim).
·         Q.41:30-32, orang yang beristiqomah didukung Malaikat yang akan menjadikannya berani, tenang dan optimis.  Q.9:52, sumber keyakinan tentang qadha dan qadar yang menimbulkan keberanian, kecelakaan atau kemudharatan hanyalah ketentuan Allah belaka.  Q.3:157-158, kemuliaan merupakan anugerah Allah bagi orang-orang mukmin sehingga mereka tidak takut menyampaikan risalah kebenaran, lihat Q.33:39.
·         Q.13:28, ketenangan dapat diperoleh dengan mengingat Allah.  Q.47:7, 3:173, 33:23, ketenangan yang diperoleh karena tawakkal terhadap janji perlindungan Allah yang pasti sehingga timbul pula keberanian menghadapi musuh.  Ibnu Taimiyah berkata, “apa yang hendak dilakukan musuh-musuhku terhadapku ?  Sesungguhnya surga aku terletak dihatiku.  Dimanapun aku berada ia selalu bersamaku.  Sesungguhnya kematianku adalah syahid.  Penjaraku adalah rasa manis, sedangkan mengusirku bagiku adalah travelling.  Ibnu Qayyim mengambil perkataan seorang alim “sesungguhnya kita berada dalam kelezatan (hati) yang seandainya anak-anak raja mengetahuinya tentu mereka ingin mengambilnya dengan pedang-pedang mereka.
·         Q.3:160, optimis bahawa dengan pertolongan Allah tak akan ada yang dapat mengalahkan.  Q.33:22-23, contoh optimis para sahabat Rasul di perang Ahzab.  Hadits, Rasulullah yakin akan mengalahkan Rumawi dan Parsi dengan menjanjikan kepada Saraqah bin Malik akan memberikan gelang dan mahkota Parsi dengan keislamannya.  Hal ini kemudian terbukti dengan kemenangan kaum muslimin dalam perang Qadissiyya.


4.     Assa’adah.

Sarahan :

Ketiga hasil istiqomah tadi akan membuat kebahagiaan bagi orang yang memilikinya.  Jadi hanya syahadah sejati dapat menimbulkan sa’adah.  Hanya Islam dengan konsep syahadah yang dapat memberikan kebahagiaan kepada manusia di dunia maupun di akhirat.

Dalil :

·         Al-Qur’an banyak menyebutkan bahwa orang beriman akan mendapatkan kebahagiaan atau hasanah di dunia ataupun di akhirat.


Ringkasan Dalil :


·         Kandungan kata “Syahadah”
a.       Iqrar (pengakuan)       (3:18,81)
b.       Sumpah                         (63:2, 24:6,8)
c.        Perjanjian                     (3:81, 5:7, 2:26-27)

·         Iman  (2:285)
Perkataan
Membenarkan
Amal

·         Istiqomah  (41:30)
a.       Berani                            (41:30, 5:52)
b.       Tenang                          (41:30, 13:28)
c.        Optimis                          (41:30, 24:55)

·         Bahagia  (3:185)

 



A-3.  MAKNA ILAH



Objektif


Mampu menyebut kata dasar “ilah” dan pengertiannya.
Mampu mendefinisikan “al Ilah” dan “al Ma’bud”.
Menyadari penting pengertian al Ilah dan al Ma’bud terhadap dirinya.

Sinopsis


Kalimat Laa ilaha illa Allah tidak mungkin difahami kecuali dengan memahami terlebih dahulu ma’na ilah yang berasal dari ‘aliha’ yang memiliki berbagai macam pengertian.  Dengan memahaminya kita mesti  mengetahui motif-motif manusia mengilahkan sesuatu.  Ada empat makna utama dari aliha iaitu sakana ilahi, istijaaro bihi, asy syauqu ilaihi dan wull’a bihi.  Aliha bermakna abaduhu (mengabdi/menyembahnya) kerana empat perasaan itu demikian mendalam dalam hatinya, maka dia rela dengan penuh kesadaran untuk menghambakan diri kepada ilah (sembahan) tersebut.  Dalam hal ini ada tiga sikap yang mereka berikan terhadap ilahnya iaitu kamalul mahabah, kamalut tadzalul, dan kamalul khudu’.  Al ilah dengan ma’rifat iaitu sembahan yang sejati hanyalah hak Allah sahaja, tidak boleh diberikan kepada selainNya.  Dalam menjadikan Allah sebagai Al Ilah terkandung empat pengertian iaitu al marghub, al mahbub, al matbu’ dan al marhub.  Al ma’bud merupakan sesuatu yang disembah secara mutlak.  Kerana Allah adalah satu-satunya Al Ilah, tiada syarikat kepadaNya, maka Dia adalah satu-satunya yang disembah dan diabdi oleh seluruh kekuatan yang ada pada manusia.  Pengakuan Allah sebagai al Ma’bud dibuktikan dengan penerimaan Allah sebagai pemilik segala loyaliti, pemilik ketaatan dan pemilik hukum.

Hasyiah


1.     Aliha.

Sarahan :

·         Mereka tenteram kepadanya (sakana ilaihi) iaitu ketika ilah tersebut diingat-ingat olehnya, ia merasa senang dan manakala mendengar namanya disebut atau dipuji orang ia merasa tenteram.
·         Merasa dilindungi oleh-Nya (istijaaro bihi), karena ilah tersebut dianggap memiliki kekuatan ghaib yang mampu menolong dirinya dari kesulitan hidup.
·         Merasa selalu rindu kepadanya (assyauqu ilaihi), ada keinginan selalu bertemu dengannya, samada berterusan atau tidak.  Ada kegembiraan apabila bertemu dengannya.
·         Merasa cinta dan cenderung kepadanya (wull’a bihi).  Rasa rindu yang menguasai diri menjadikannya mencintai ilah tersebut, walau bagaimanapun keadaannya.  Ia selalu beranggapan bahawa pujaannya memiliki kelayakan dicintai sepenuh hati.

Dalil :

·         Perkataan orang Arab : “saya merasa tenteram kepadanya”, “si fulan meminta perlindungan kepadanya”, “si fulan merasa rindu kepadanya”, “anak itu cenderung kepada ibunya”.
·         Q.10:7-8, manusia yang mengilahkan kehidupan dunia merasa tenteram dengan hidup dunia, Q.7:138, bani Israel yang bodoh menghendaki adanya ilah yang dapat menenteramkan hati mereka.
·         Q.72:6, manusia memperilah jin dengan meminta perlindungan kepadanya.  Q.36:74-75, orang-orang musyrik mengambil pertolongan dari selain Allah padahal semuanya tidak dapat menolong kita, lihat Q.7:197.
·         Q.2:93, 20:91, bani Israel larut dalam kerinduan yang berlebihan terhadap ijla (anak lembu) yang dijadikannya ilah.  Q.26:71, para penyembah berhala sangat tekun melakukan pengabdian karena selalu rindu padanya.
·         Q.29:25, berhala-berhala adalah menyatukan bangsa yang sangat disenangi oleh orang-orang musyrik.  Q.2:165, tandingan (andad) merupakan sembahan-sembahan selain Allah yang dicintai oleh orang-orang musyrik sama dengan mencintai Allah karena mereka sangat cenderung atau dikuasai olehnya.


2.     Abadahu.

Sarahan :

·         Dia amat sangat mencintainya (kamalul mahabbah), sehingga semua akibat cinta siap dilaksanakannya.  Maka diapun siap berkorban memberi loyaliti, taat dan patuh dan sebagainya.
·         Dia amat sangat merendahkan diri di hadapan ilahnya (kamalut tadzulul).  Sehingga menganggap dirinya sendiri tidak berharga, sedia bersikap rendah serendah-rendahnya untuk pujaannya itu.
·         Dia amat sangat tunduk, patuh (kamalul khudu’).  Sehingga akan selalu mendengar dan taat tanpa reserve, serta melaksanakan perintah-perintah yang menurutnya bersumber dari sang ilah.

Dalil :

·         Perkataan orang Arab aliha adalah abadahu.  Seperti aliha rajulu ya-lahu  (lelaki itu menghambakan diri pada ilahnya).
·         Q.39:45, orang kafir yang menjadikan sesuatu selain Allah sebagai ilahnya demikian senangnya apabila mendengar nama kecintaannya serta tidak suka apabila nama Allah disebut.  Hadits, sabda Rasulullah SAW, “Celakalah hamba dinar (wang emas), celakalah hamba dirham (wang perak), celakalah hamba pakaian (mode).  Kalau diberi maka ia redha, sedangkan apabila tidak diberi maka ia akan kesal.  Ini disebabkan kecintaan yang amat sangat terhadap barang-barang tersebut.
·         Q.71:23, orang-orang kafir sangat menghormati berhala-berhalanya sembahannya.  Q.21:59, 68, reaksi orang musyrik yang marah karena berhala-berhalanya dipermalukan oleh Nabi Ibrahim AS.  Mereka menghukum Nabiyullah untuk membela berhala-berhala.  Ini karena rasa rendah diri dan hormat terhadap berhala-berhala tersebut.
·         Q.36:60, orang-orang kafir pada hakikatnya mengabdi kepada syaithan yang memperdaya mereka.  Q.6:137, orang-orang kafir demikian patuhnya sehingga bersedia membunuh anak-anaknya untuk mengikuti program ilah-ilah sembahannya.


3.     Al Ilah.

Sarahan :

·         Al Marghub iaitu dzat yang senantiasa diharapkan.  Karena Allah selalu memberikan kasih sayangNya dan di tangan Nyalah segala kebaikan.
·         Al Mahbub, dzat yang amat sangat dicintai karena Dia yang berhak dipuja dan dipuji.  Dia telah memberikan perlindungan, rahmat dan kasih sayang yang berlimpah ruah kepada hamba-hambanya.
·         Al Matbu’ yang selalu diikuti atau ditaati.  Semua perintahNya siap dilaksanakan dengan segala kemampuan sedang semua laranganNya akan selalu dijauhi.  Selalu mengikuti hidayah atau bimbinganNya dengan tanpa pertimbangan.  Allah sahaja yang sesuai diikuti secara mutlak, dicari dan dikejar keredhaanNya.
·         Al Marhub, sesuatu yang sangat ditakuti.  Hanya Allah sahaja yang berhak ditakuti secara syar’i.  Takut terhadap kemarahanNya, takut terhadap siksaNya, dan takut terhadap hal-hal yang akan membawa kemarahanNya.  Rasa takut ini bukan membuat ia lari, tetapi membuatnya selalu mendekatkan diri kepada Allah.

Dalil :

·         Q.2:163-164, Allah adalah ilah yang esa tiada Ilah selain Dia, dengan rahmat dan kasih sayangnya yang teramat luas.
·         Q.2:186, 40:60, 94:7-8, hanya Allah yang sesuai diharap karena Ia maha memberi atau mengabulkan do’a hambaNya.  Q.21:90-91, orang-orang mukmin menghambakan diri kepada Allah dengan harap dan cemas.
·         Q.2:165, Allah adalah kecintaan orang yang mukmin dengan kecintaan yang amat sangat.  Q.8:2, sehingga ketika disebut nama Allah bergetar hatinya.  Q.9:24, Allah berada diatas segala kecintaan.
·         Q.51:50, perintah Allah untuk bersegera menuju Allah karena hanya Allah sahaja yang sesuai diikuti.  Q.37:99, menuju Allah untuk memperoleh bimbingan dan hidayahNya untuk diikuti.
·         Q.2:40, 9:13, 33:39, hanya Allah sahaja yang sesuai ditakuti dengan mendekatkan diri kepadaNya.


4.     Al Ma’bud.

Sarahan :

·         Pemilik kepada segala loyaliti, perwalian atau pemegang otoriti atas seluruh makhluk termasuk dirinya.  Dengan demikian loyaliti mukminan hanya diberikan kepada Allah dengan kesadaran bahawa loyaliti yang diberikan pada selain Nya adalah kemusyrikan.
·         Pemilik tunggal hak untuk ditaati oleh seluruh makhluk di alam semesta.  Mukmin meyakini bahawa ketaatan pada hakikatnya untuk Allah sahaja.  Seorang mukmin menyadari sepenuhnya bahawa mentaati mereka yang mendurhakai Allah adalah kedurhakaan terhadap Allah.
·         Pemilik tunggal kekuasaan di alam semesta.  Dialah yang menciptakan dan berhak menentukan aturan bagi seluruh ciptaanNya.  Maka hanya hukum dan undang-undangNya sahaja yang adil.  Orang mukmin menerima Allah sebagai pemerintah dan kerajaan tunggal di alam semesta dan menolak kerajaan manusia.

Dalil :

·         Q.109:1-6, pernyataan mukmin bahawa pengabdianNya hanya untuk Allah sahaja dan sekali-kali tidak akan mengabdi selainNya.  Q.16:36, Rasul diutus dengan risalah pengabdian pada Allah sahaja dan menjauhi segala yang diabdi selain Allah.  Q.2:21, perintah Allah untuk mengabdi kepadaNya sahaja dengan tidak mengambil selain Allah sebagai tandingan-tandingan.
·         Q.7:196, pernyataan mukmin bahawa wali (pemimpin) nya hanya Allah sahaja.  Q.2:257, berwalikan kepada Allah melepaskan manusia dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam.
·         Q.7:54, hak menciptakan dan hak memerintah hanyalah milik Allah.  Mukmin hanya mengakui kerajaan Allah.  Hadits, mukmin hanya akan taat pada sesuatu yang diizinkan Allah, Rasul dan ulil amri.  Mukmin tidaklah akan mentaati perintah maksiat kepada Allah.
·         Q.12:40, hak menentukan hukum dan undang-undang hanyalah hak Allah.  Q.24:1, Allah mewajibkan manusia melaksanakan hukum-hukumNya.  Q.5:44,45,47 mereka yang menolak aturan atau hukum Allah adalah kafir, zalim dan fasik.  Ini artinya pemerintahan Allah sahaja yang boleh tegak sedang pemerintahan manusia adalah batil.



Ringkasan Dalil :


·         Kandungan makna (aliha, ya-lahu, ilahan) :
Merasa tenang padanya    (10:7)
Melindungi diri padanya    (72:6)
Selalu rindu padanya                         (7:138)
Mencintainya                       (2:165)

(Aliha) membawa arti (Abadahu) :
a.       Sempurna mencintai
b.       Sempurna menghinakan diri
c.        Sempurna menundukkan diri

·         Kandungan kata (Al-Ilah) :
Yang diharapkan
Yang ditakuti
Yang diikuti
Yang dicintai

·         (Al Ilah) membawa arti (Al Ma’bud) :
a.       Yang layak diberikan kepadanya wala’
b.       Yang wajib diberikan kepadanya ketaatan
c.        Yang wajib diberikan kepadanya authoriti

 




A-4.  AL WALA’ WAL BARRA



Objektif


Memahami bahawa Laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah adalah dasar seluruh ajaran Islam.
Menyedari bahawa Laa ilaha illa Allah mengandungi erti menolak segala sembilan selain Allah dan hanya menerima Allah sahaja sebagai satu-satunya sembahan.
Menyedari bahawa memberikan loyaliti kepada Allah dan Rasul dengan beribadah yang ikhlas kepada Allah serta mengikut sunnah adalah wajib.

Sinopsis


Kalimat laa ilaha illa Allah terdiri dari 3 jenis huruf (alif, lam dan ha) serta 4 kata (Laa, ilaha, illa, Allah) tetapi mengandung pengertian yang mencakup seluruh ajaran Islam.  Keberadaan kata ini adalah Wala terhadap Allah dan Bara terhadap selain Allah.  Bagi muslim sikap ini merupakan sikap hidup yang inti dan warisan para nabi.  Penyimpangan dari sikap ini tergolong dosa besar yang tidak diampuni (syirik).  Dengan sikap Wala dan Bara seorang mu’min akan selalu mengarahkan dirinya kepada Allah di setiap perbuatannya.  Untuk memahami wala dan bara ini kita perlu mengkaji unsur-unsur kalimatnya, seperti laa, ilaha, illa dan sebagainya.  Kalimah Muhammad Rasulullah merupakan bahagian kedua dari syahadatain.  Didalamnya terkandung suatu pengakuan tentang kerasulan Muhammad SAW.  Ertinya di dalam rangka mengamalkan Wala dan Bara yang terkandung di dalam Laa ilaha illa Allah maka mesti mengikuti petunjuk dan jejak langkah Muhammad SAW.  Beliau mendapatkan pengesahan Ilahi untuk menunjukkan kebenaran dan melaksanakannya.  Maka beliau merupakan teladan pelaksanaan Wala dan Bara.

Hasyiah


1.     Laa Ilaha Illa Allah.


Laa  (tidak ada – penolakan)
Kata penolakan yang mengandung pengertian menolak semua unsur yang ada di belakang kata tersebut.
Ilaha  (sembahan – yang ditolak)
Sembahan iaitu kata yang ditolak oleh laa tadi, iaitu segala bentuk sembahan yang bathil (lihat A3).  Dua kata ini mengandung pengertian bara (berlepas diri).
Illa  (kecuali - peneguhan)
Kata pengecualian yang berarti meneguhkan dan menguatkan kata di belakangnya sebagai satu-satunya yang tidak ditolak.
Allah  (yang diteguhkan atau yang dikecualikan)
Kata yang dikecualikan oleh illa.  Lafzul jalalah (Allah) sebagai yang dikecualikan.

Dalil :

Q.16:36, inti dakwah para Nabi adalah mengingkari sembahan selain Allah dan hanya menerima Allah sahaja sebagai satu-satunya sembahan.
·         Q.4:48, 4:116, bahaya menyimpang dari Tauhid.  Syirik merupakan dosa yang tidak diampuni.
Q.47:19, dosa-dosa manusia diakibatkan kelalaian memahami makna tauhid.
Q.7:59,65,73, beberapa contoh dakwah para nabi yang memerintahkan pengabdian kepada Allah dan menolak ilah-ilah yang lain.
Hadits.  Ikatan yang paling kuat dari pada iman adalah mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.
Hadits.  Barang-siapa yang mencintai karena Allah,membenci karena Allah, memberi karena Allah dan melarang karena Allah, maka ia telah mencapai kesempurnaan Iman.

2.     Bara  (pembebasan).


Merupakan hasil kalimat Laa ilaha illa yang artinya membebaskan diri daripada segala bentuk sembahan.  Pembebasan ini berarti : mengingkari, memisahkan diri, membenci, memusuhi dan memerangi.  Keempat perkara ini ditunjukkan pada segala ilah selain Allah samada berupa sistem, konsep maupun pelaksana.

Dalil :

Q.60:4, contoh sikap bara yang diperlihatkan Nabi Ibrahim AS dan pengikutnya terhadap kaumnya.  Mengandung unsur mengingkari, memisahkan diri, membenci dan memusuhi.
Q.9:1, sikap bara berarti melepaskan diri seperti yang dilakukan oleh Rasul terhadap orang-orang kafir dan musyrik.
Q.47:7, sikap bara adalah membenci kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan.
Q.58:22, sikap bara dapat diartikan juga memerangi dan memusuhi meskipun terhadap familinya.  Contohnya Abu Ubaidah membunuh ayahnya, Umar bin Khattab membunuh bapa saudaranya, sedangkan Abu Bakar hampir membunuh putranya yang masih musyrik.  Semua ini berlangsung di medan perang.
Q.26:77, Nabi Ibrahim menyatakan permusuhan terhadap berhala-berhala sembahan kaumnya.


3.     Hadam  (penghancuran).


Sikap bara dengan segala akibatnya melahirkan upaya menghancurkan segala bentuk pengabdian terhadap tandingan-tandingan maupun sekutu-sekutu selain Allah, apakah terhadap diri, keluarga maupun masyarakat.

Dalil :

Q.21:57-58, Nabi Ibrahim berupaya menghancurkan berhala-berhala yang membodohi masyarakatnya pada masa itu.  Cara ini sesuai pada masa itu tetapi pada masa Rasulullah, Rasul SAW menghancurkan akidah berhala dan fikrah yang menyimpang terlebih dahulu.  Setelah fathu Mekkah, kemudian 360 berhala di sekitar Ka’bah dihancurkan oleh Rasul.


4.     Al Wala  (loyaliti).


Kalimat Illa Allah berarti pengukuhan terhadap wilayatulLlah (kepemimpinan Allah).  Artinya : selalu mentaati, selalu mendekatkan diri, mencintai sepenuh hati, dan membela, mendukung dan menolong.  Semua ini ditujukan kepada Allah dan segala yang diizinkan Allah seperti Rasul dan orang yang beriman.

Dalil :

Q.5:7, 2:285, Iman terhadap kalimat suci ini berarti bersedia mendengar dan taat.
Q.10:61,62, jaminan Allah terhadap yang menjadi wali (kekasih) Allah karena selalu dekat kepada Nya.
Q.2:165, wala kepada Allah menjadikan Allah sangat dicintai, lihat 9:24.
Q.61:14, sebagai bukti dari wala adalah selalu siap mendukung atau menolong dien Allah.


5.     Al Bina  (membangun).


Sikap wala beserta segala akibatnya merupakan sikap mukmin membangun hubungan yang kuat dengan Allah, Rasul dan orang-orang mukmin.  Juga berarti membangun sistem dan aktiviti Islam yang menyeluruh pada diri, keluarga, maupun masyarakat.

Dalil :

Q.22:41, ciri mukmin adalah senantiasa menegakkan agama Allah.
Q.24:55, posisi kekhilafahan Allah peruntukkan bagi manusia yang membangun dienullah.
Q.22:78, jihad di jalan Allah dengan sebenarnya jihad adalah upaya yang tepat membangun dienullah.


6.     Ikhlas.


Keikhlasan iaitu pengabdian yang murni hanya dapat dicapai dengan sikap bara terhadap selain Allah dan memberikan wala sepenuhnya kepada Allah.

Dalil :

Q.98:5, mukmin diperintah berlaku ikhlas dalam melakukan ibadah.
Q.39:11,14, sikap ikhlas adalah inti ajaran Islam dan pengertian dari Laa ilaha illa Allah.


7.     Muhammad Rasulullah.


Konsep Wala dan Bara ditentukan dalam bentuk :
a.       Allah sebagai sumber.
Allah sebagai sumber wala, dimana loyaliti mutlak hanya milik Allah dan loyaliti lainnya mesti dengan izin Allah.
b.       Rasul sebagai cara (kayfiyat).
Pelaksanaan Wala terhadap Allah dan Bara kepada selain Allah mengikuti cara Rasul.
c.        Mukmin sebagai pelaksana.
Pelaksana Wala dan Bara adalah orang mukmin yang telah diperintahkan Allah dan dicontohkan Rasulullah.

Dalam pelasaksanaan Bara, Rasulullah memisahkan manusia atas muslim dan kafir.  Hizbullah dengan Hizbus Syaithan.  Orang-orang mukmin adalah mereka yang mengimani Laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah sedangkan orang kafir adalah mereka yang mengingkari salah satu dari dua kalimah syahadat atau kedua-duanya.
Orang-orang beriman wajib mengajak orang kafir kepada jalan Islam dengan dakwah secara hikmah dan pengajaran yang baik.  Apabila mereka menolak, kemudian menghalangi jalan dakwah maka mereka boleh diperangi sampai mereka mengakui ketinggian kalimah Allah.
Hubungan kekeluargaan seperti ayah, ibu, anak tetap diakui selama bukan dalam kemusyrikan atau maksiat terhadap Allah.
Dengan demikian pelaksanaan Wala dan Bara telah ditentukan caranya.  Kita hanya mengikut apa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.

Dalil :

Q.5:55-56, Allah, Rasul dan orang-orang mukmin adalah wali orang yang beriman.
Q.4:59, ketaatan diberikan hanya kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri dari kalangan mukmin.
Q.5:56, orang-orang yang memberikan wala kepada Allah, Rasul dan orang-orang mukmin adalah Hizbullah (golongan Allah), lihat pula 58:22.  Selain golongan ini adalah Hizbus Syaithan.
Q.60:7-9, kebolehan bergaul dengan orang kafir dengan batas-batas tertentu.  Asbabun Nuzul ayat ini berkaitan dengan Asma binti Abu Bakar yang tidak mengizinkan ibunya masuk rumahnya sebelum mendapat izin dari Rasulullah, lihat pula 31:15.


Ringkasan Dalil :


·         Laa ilaha illa Allah :  (Laa) adalah perkataan penolakan, (ilaha) adalah yang ditolak.

·         Al Baro’ (melepaskan diri) (60:4, 7:59, 65, 73, 85) :
·         Mengingkari
·         Membenci
·         Memusuhi
·         Memutus hubungan
·         Menghancurkan

·         Illa (melainkan) adalah ungkapan pengukuhan (isbat).

·         Allah adalah yang dikukuhkan (diisbatkan).

·         Al Wala’/loyaliti (7:196, 5:55, 4:59, 5:7, 47:7, 2:165, 3:31) adalah :
·         Taat
·         Mendekati
·         Membela
·         Mencintai
·         Membangun

·         Menghancurkan dan membangun adalah makna Ikhlas (98:5, 39:11,14).

·         Muhammadu Rasulullah – Konsep Al Wala’ dan Al Barro’ :
·         Allah adalah sumber nilainya                   (2:147, 7:2)
·         Rasul adalah contoh pelaksanaannya   (33:21, 59:7)
·         Orang mukmin adalah pelaksananya    (33:36, 35:32)

·         Kaifiyat “Membina” dan “Menghancurkan” adalah dengan “ittiba’  (3:31).

 



A-5.  KALIMATULLAH HIYAL ULYA



Objektif


Memahami bahwa dua kalimah syahadah adalah konsep Allah yang wajib dijunjung tinggi.
Memahami perbedaan antara konsep tauhid dengan konsep syirik baik dalam teori maupun praktikal.
Menyadari bahawa jahiliyah itu lemah dan rendah sedangkan Islam dengan konsep syahadatain itu kuat, kukuh dan tinggi.

Sinopsis


Kalimah Allah adalah yang paling tinggi.  Islam sebagai dien mempunyai konsep yang jelas, lengkap dan dapat dibuktikan kebenarannya.  Sedangkan konsep atau sistem selain Islam adalah buatan manusia yang tidak lengkap, tidak jelas dan bersifat berubah atau sementara.  Konsep Islam dilandasi oleh syahadatain, sedangkan selain Islam menjadikan pemikiran jahiliyah dasarnya.  Syahadah adalah kalimah yang tinggi yang dijadikan sebagai kalimah tauhid dan kalimah taqwa.  Gambaran kalimah tauhid ini di dalam Al-Qur’an adalah kalimah toyyibah iaitu kalimah yang teguh dan kuat.  Pemikiran jahiliyah sebagai landasan dari konsep selain Islam merupakan kalimat syirik yang menjadi saingan konsep dan sistem Islam.  Konsep jahili berdasarkan semangat jahiliyah seperti materialisme, kapitalisme, komunisme dan isme lainnya.  Isme-isme ini tidak mempunyai kekuatan sebagai kalimah khobitsah yang lemah dan tidak kuat.

Hasyiah


1.     Dua Kalimah Syahadah.

Sarahan :

Dua kalimah syahadah merupakan inti dari dienul Islam.  Dasar utamanya adalah wahyu yang dalam bentuk kitab dan sunnah.  Islam mengandungi ketinggian nilai yang tidak dapat dibandingkan dengan konsep, sistem dan agama lainnya.
Pemikiran-pemikiran jahiliyah adalah inti daripada konsep dan pandangan jahiliyah.  Termasuk dalam kelompok ini adalah segala bentuk isme (faham) misalnya materialisme, komunisme, kapitalisme, nasionalisme, humanisme, idealisme dan berbagai bentuk ideologi samada bersifat lokal maupun bersifat internasional.  Dasar utamanya adalag ro’yu (akal) sahaja.

Dalil :

Q.3:18, pernyataan Allah tentang keesaanNya menunjukkan bahawa ini merupakan inti dari seluruh ajaran Islam.
Q.42:52,55, dasar Islam adalah wahyu dan bukan ra’yu.
Q.53:4, perkataan Rasulullah sebagai salah satu sumber nilai Islam bukanlah merupakan hawa nafsu melainkan juga wahyu.
Hadits.  Sabda Rasulullah kepada Abdullah bin Amru bin Ash : “Tulislah, demi Allah yang jiwaku berada ditanganNya.  Tidak keluar dari lidahku ini kecuali kebenaran”.
Q.10:36, 53:23, orang-orang kafir mengikuti isme-isme yang berdasarkan dzan dan hawa nafsu manusia.
Q.6:116, konsep demokrasi adalah hawa nafsu manusia.


2.     Konsep Islam VS Jahiliyah.

Sarahan :

Konsep Islam merupakan ajaran yang bersumber dari Allah yang Maha Tinggi, tanpa dicampuri oleh pemikiran manusia.  Karena Allah Maha Mengetahui maka Islam adalah ilmu yang dalam.  Karena Allah Maha Hidup maka Islam merupakan panduan hidup.  Karena Allah Maha Bijaksana maka Islam adalah hukum-hukum yang adil dan bijaksana.  Islam merupakan perwujudan sifat Allah yang membimbing dan memimpin manusia menuju kepada kebahagiaan yang sejati.
Konsep orang kafir menjadikan selain Islam sebagai panduannya misalnya pandangan bukan dari Allah, Rasul dan DienNya.  Mereka merupakan orang yang bodoh (jahil) terhadap kebenaran.  Keingkaran mereka menunjukkan kehinaan dan kerendahan yang tidak berarti dibandingkan dengan ketinggian Allah.  Konsep hidup mereka tidak boleh diikuti oleh manusia.

Dalil :

Hadits.  Sabda Rasulullah SAW, “Islam itu tinggi dan tiada yang melebihi ketinggiannya”.
Q.2:120, petunjuk Allah yang sebenar-benarnya petunjuk.  Q.10:35, Allah menunjuki kepada kebenaran selain Allah hanya menyesatkan.  Maka Allah sahaja yang sesuai untuk diikuti.
Q.6:115, kesempurnaan, ketepatan dan keadilan kalimah Allah.  Q.54:5, kedalaman pengeta huan Allah.  Q.86:13, kalimah Allah sangat tegas dan bukan permainan (56:12).
Q.9:40, kalimah Allah yang tinggi sedangkan konsep orang-orang kafir itu rendah.  Q.6:112, orang-orang kafir saling memberikan pandangan yang menipu manusia dengan hiasan kalimat-kalimat yang indah.
Q.28:49-50, menolak kitabullah berarti mengikuti hawa nafsu.  Lihat pula 33:72, 30:29.  Konsep orang-orang zalim berdasarkan hawa nafsu dan kesesatan mereka.


3.     Kalimah Taqwa VS Kesombongan Jahiliyah.

Sarahan :

Kalimat Taqwa.  Konsep Islam yang tinggi itu merupakan sumber ketaqwaan dan kebajikan.  Mengucapkan sahaja ibadah, apalagi mempelajari, menghayati dan mengamalkannya.  Hanya konsep inilah yang dapat membentuk pribadi taqwa dan akhlak mulia.
Kesombongan Jahiliyah.  Selain konsep Islam maka konsep itu adalah jahiliyah hanya berupa slogan yang menunjukkan kesombongan dan kebanggaan orang-orang yang bodoh.  Tak terbukti di dalam kenyataan, hanya teori-teori kosong yang dusta.  Masyarakat yang dibentuknya menjadi masyarakat yang kufur dan bergelimang dalam maksiat.

Dalil :

Q.9:108, mendasari kehidupan dengan laa ilaha illa Allah diperumpamakan membangun dengan landasan taqwa.
Q.2:21, 2:183, 2:178, tujuan dan penghambaan Islam adalah membentuk pribadi taqwa.  Hanya dengan melaksanakan syahadatain secara murni dan hasil taqwa dapat dicapai.
Q.3:133-135, contoh konsep taqwa yang disajikan oleh kitabullah.  Q.39:33, membenarkan kitabullah jalan menuju taqwa.
Q.48:26, orang-orang kafir menanamkan kecintaan pada konsep mereka.  Sedangkan Allah mewajibkan pengkajian kalimat taqwa.  Q.43:51-54, penguasa sistem jahiliyah membanggakan kekuasaan dan kekayaan mereka untuk menipu rakyat.  Q.40:26, penguasa berdalih stabiliti kekuasaannya menjelekkan pembawa kebenaran.


4.     Kalimah Tauhid VS Kalimah Syirik.

Sarahan :

Konsep Tauhid.  Syahadatain dengan Islam sebagai penjelasannya merupakan konsep yang mengesakan Allah.  Manusia dibawa pada satu tujuan dan orientasi iaitu mencari keredhaan Allah Yang Maha Esa.  Konsep ini mampu menyatukan manusia dari berbagai jenis suku dan bangsa, dari berbagai latar belakang budaya dalam satu ikatan aqidah tauhid yang punya satu kepentingan, tegaknya kalimat Allah yang tinggi.
Konsep Syirik.  Di dalam jahiliyah manusia saling memperbudak satu dengan lainnya, atau diperbudak oleh materi.  Tujuan dan orientasi mereka bermacam-macam dan berbeda-beda.  Karenanya mereka saling mengeksploitasi.  Yang satu ingin menguasai yang lain.  Jiwa dan kepribadian mereka berpisah, tiada ruh yang dapat melandasi kesatuan dan persatuan.

Dalil :

Dengan berpegang teguh kepada tauhidullah ummat dapat bersatu.  Q.21:92, Islam adalah ajaran Tauhid yang memiliki hanya satu ummat.  Q.49:13, konsep Islam tentang kesatuan manusia dengan menjadikan taqwa sebagai timbangan kemuliaan dan kehinaan manusia.
Q.3:64, konsep di luar Islam hanya membawa kepada kemusyrikan, menghasilkan perbudakan antara manusia.  Q.16:75-76, kehinaan ilah-ilah kaum musyrikin yang menjadi beban bagi penyembahnya.  Q.39:29, gambaran orang yang berada di dalam konsep syirik dibandingkan dengan konsep tauhid.  Q.59:.., kamu kira musuh Allah itu bersatu padahal mereka bercerai berai.


5.     Kalimah Yang Baik VS Kalimah Tak Baik.

Sarahan :

Konsep yang baik.  Karena membawa kepada ketaqwaan dan persatuan maka Islam merupakan konsep yang baik.  Ibarat pohon yang baik, ia akan berakar dihati manusia yang suci (fitrah), kuat dan tertunjang dalam keyakinan dan kepribadian mereka.  Kalimah yang baik melahirkan manusia yang membentuk peradaban mulia dan bermanfaat di dunia.  Bila tiba masanya pohon Islam akan menghasilkan buah yang lezat lagi berkhasiat.
Konsep yang buruk.  Karena membawa kepada kekufuran dan kemaksiatan, maka jahiliyah merupakan sumber masalah bagi manusia.  Ia ibarat pohon yang buruk yang telah tercabut dari akarnya, kering kerontang, mudah hancur.  Tidak memberikan buah kebaikan sama sekali bahkan menjadi sampah atau sumber penyakit.

Dalil :

Q.14:24-25, syahadatain sebagai kalimah yang baik diumpamakan Allah bagaikan pohon yang baik, akarnya tertunjang ke bumi dan batangnya menjulang ke angkasa (tertanam baik di hati manusia karena selaras dengan fitrah).  Pohon itu senantiasa memberikan buah yang baik di setiap musim karena setiap muslim dalam berbuat baik mengharapkan redha Allah yang kekal dan pasti.  Sistem tauhid ini menghasilkan manusia-manusia yang bermanfaat bagi dunia dan peradaban.  Masyarakat tauhid ini tumbuh bagaikan pohon pula, lihat 48:29.
Q.14:26, konsep yang buruk ibarat pohon yang buruk.  Tidak tertanam dalam hati dan jiwa manusia karena bertentangan dengan fitrah.  Pribadi yang dihasilkan oleh sistem jahiliyah adalah kosong dan tidak berarti, hanya pandai bersifat lidah sahaja, berkata tetapi tidak diamalkan, lihat 2:204-205.  Perumpamaan lainnya adalah kayu yang tersandar.  Kelihatannya kokoh tetapi sebenarnya rapuh.  Ini contoh tentang munafiqin, lihat 63:4.


6.     Kukuh VS Rapuh.

Sarahan :

Stabil dan kukuh merupakan sifat Islam, tidak pernah mengalami kegoncangan.  Tak lapuk dengan hujan dan angin, bahkan itu akan menumbuhkan pohon Islam.  Sebagai kebenaran ia ibarat arus sungai yang deras, selalu teguh berterusan dan menghantam batu karang.
Tidak seimbang dan rapuh merupakan sifat dienul jahiliyah.  Ia selalu mengalami pasang surut, berubah dan berganti.  Dapat lapuk ditelan masa.  Sedikit sahaja mengalami goncangan ia akan hancur.  Sebagai kebatilan ia ibarat buih di atas arus, akan lenyap dengan sendirinya.

Dalil :

Q.13:17, kekukuhan al haq dalam menghadapi tantangan bagaikan air arus yang berjalan terus.  Hadits Rasulullah mengumpamakan petunjuk yang dibawa oleh beliau seperti hujan dan air.  Tergantung kesiapan tanah (jiwa manusia) untuk menerimanya.
Q.14:27, konsepsi ini membawa keteguhan kepada orang-orang yang mengikutinya.  Allah meneguhkan orang-orang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan dunia maupun akhirat.
Q.85:6, kemenangan aqidah adalah kemenangan hakiki yang dituju orang-orang beriman dalam perjuangan.
Q.13:17, kerapuhan jahiliyah bagaikan sampah, kelihatannya banyak tetapi mengikut sahaja kemana pergi.


7.     Kuat VS Lemah.

Sarahan :

Kuat dan tewas, karena teguh dan kukuh maka sebagai konsepsi Islam tidak dapat dikalahkan.  Ditinjau dari sudut apapun Islam unggul, tidak dapat ditandingi.  Peradaban dan warisannya penuh prestij dan prestij kemanusiaan.  Seluruh ajaran Islam memiliki kekuatan dari segi hujjah maupun realiti.  Dari itu ummat Islam harus kukuh dan kuat seperti Islam.  Berizzah yang tinggi karena prestasi yang dicapainya.
Lemah dan selalu kalah, karena kegoncangan dan kerapuhannya maka jahiliyah ini sangat lemah, mudah untuk dihancurkan.  Tak ada daya dan kekuatannya sama sekali.  Para pengikutnya menjadi orang-orang yang paling lemah, tanpa kepribadian, kecewa dan pesimis.  Tanpa prestasi dan prestij sehingga tak ada harganya sama sekali.

Dalil :

Q.5:3, orang-orang kafir putus asa untuk mengalahkan al Islam dari segi konsep sehingga kita tak perlu takut kepada mereka.
Q.37:172-173, 5:56, jaminan Allah bagi kemenangan tentaraNya iaitu yang mengikuti sistem ini dengan sesungguhnya.
Q.3:137-139, fakta sejarah yang menunjukkan kekuatan kaum beriman.
Q.29:41, kelemahan sistem yang dibangun oleh konsep syirik seperti sarang laba-laba.  Q.3:12, pernyataan Allah bahawa pengikut kebatilan pasti kalah dan tempat mereka adalah neraka jahanam.
Q.16:26-27, gambaran tentang cara Allah menghancurkan kebatilan secara sistematik iaitu dengan menghabiskan asasnya terlebih dahulu.  Sedangkan kehinaan mereka sangat dekat waktunya karena akan datang setelah kematian menimpa mereka.



Ringkasan Dalil :


·         Konsep Islam :
Dasarnya syahadatain
Kalimah Allah tinggi                   (9:40)                     -  Kalimah yang baik          (14:24)
Kalimah berorientasikan tauhid              (112:1-3)               -  Stabil                                  (14:24)
Merupakan kalimah taqwa                      (48:26)                   -  Kuat                                   (5:3, 58:21, H)

·         Konsep selain Islam :
Dasarnya pemikiran jahiliyah
Kalimah orang-orang kafir                       (9:40)                     -  Kalimah yang buruk       (14:26)
Kalimah berorientasikan syirik                (39:64)                   -  Goncang                            (14:26, 16:26)
Kebanggaan jahiliyah                                (48:26)                   -  Lemah                                (29:41)

 



A-6.  MARAHIL TAFAUL BI SYAHADATAIN



Objektif


Mengerti peranan sikap cinta dan redha dalam penerimaan syahadatain.
Memahami tiga kandungan pokok syahadatain yang menjadi landasan keseluruhan ajaran Islam.
Menyadari wajibnya mencorak hati, akal dan jasad dengan syahadatain.

Sinopsis


Dua kalimah syahadah adalah suatu kesaksian bahawa tiada yang wajib diabdi dengan penuh cinta kecuali hanya kepada Allah sahaja.  Kemudian kesaksian bahawa Muhammad itu merupakan Rasul Allah.  Syahadatain ini merupakan ruh yang melandasi keyakinan, pemikiran dan perbuatan orang-orang mukmin.  Untuk merealisasikannya mukmin mesti berinteraksi dengan kandungan makna syahadatain yang didasari cinta dan redha menjadi sibgah kepada hati, akal dan jasad.

Hasyiah


1.     Dua Kalimah Syahadah.

Sarahan :

Syahadatain perlu dipelajari dan diketahui karena dua kalimah ini sebagai dasar bagi keseluruhan hidup manusia dan seluruh ajaran Islam.

Dalil :

Q.47:19, 37:35, 3:18, ungkapan Allah bahawa syahadat adalah dasar seluruh ajaran Islam.
Hadits, ungkapan Rasulullah mengenai bangunan Islam yang terdiri dari lima, menyaksikan bahawa Tiada Ilah selain Allah dan bahawa Muhammad Rasulullah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, shaum di bulan ramadhan dan menunaikan haji bagi yang mampu.


2.     Cinta.

Sarahan :

Mukmin mencintai dua kalimah syahadah sehingga nilai yang menjadi kandungannya tidak diterima sebagai beban.
Cinta ini tumbuh dari kecintaan kita kepada Allah dan Rasul yang teramat sangat serta bara terhadap sembahan selain Allah.
Cinta ini dilengkapi dengan cinta kepada Rasul yang menjadi pembimbing utama menuju kecintaan Allah dan cinta kepada Islam sebagai syarat untuk mendapatkan kecintaan Allah.

Dalil :

Q.2:165, sikap kecintaan mukmin yang teramat sangat kepada Allah.
Hadits, sikap kecintaan mukmin terhadap Rasul, lebih dari mencintai ibu bapa maupun anaknya.
S.8:2, hati mukmin bergetar ketika asma Allah disebutkan ini karena cintanya kepada Allah.


3.     Redha.

Sarahan :

Redha iaitu kerelaan diri untuk menerima program Allah sepenuhnya.  Redha hanya dapat lahir dari cinta yang sebenarnya.
Redha hanya dapat lahir dari cinta yang sebenarnya.  Fenomena redha adalah kelezatan iman dalam dada.  Redha wujud dalam tiga bentuk iaitu redha kepada Allah sebagai Rabb, redha kepada Islam dan redha kepada Rasul.
Redha kepada Allah sebagai Rabb.  Redha kepada Allah adalah menjadikan kehendak dan kemauan pribadi.  Rela Allah sebagai pengatur, pembimbing dan pendidik yang senantiasa mencintai, melindungi dan menyayangi dirinya.  Karena itu seluruh aktiviti hidupnya ditujukan untuk mencari keridhaan Allah.

Dalil :

Q.76:32, arti redha terhadap Allah adalah menjadikan kemauan Allah sebagai kemauan kita sendiri atau tidak menghendaki apapun selain yang dikehendaki Allah terhadap kita.
Q2:207, 60:1, orang mukmin senantiasa mencari redha Allah dalam berjihad, meskipun mesti mengorbankan dirinya.
Q.98:8, mereka yang beribadah dengan ikhlas akan mendapat redha Allah, lihat pula 9:100.

Sarahan :

Redha kepada Islam sebagai aturan hidup.  Islam diyakini sebagai satu-satunya aturan hidup bagi dirinya.  Tidak ada aturan lain.  Karena Islam adalah dien yang lengkap dan sempurna, menyelesaikan semua masalah, merupakan jalan lurus dan membawanya kepada kebahagiaan dan keselamatan hidup.

Dalil :

Q.5:3, Islam adalah dien yang lengkap dan sempurna, merupakan nikmat Allah yang mengatur seluruh hidup manusia.  Allah redha dengan Islam sebagai dien bagi kita maka kitapun harus redha dengan Dienul Islam, maka seluruh tuntutan Islam mesti dipenuhi dengan penuh kesadaran dan kerelaan, lihat 3:19.

Sarahan :

Redha kepada Rasul sebagai teladan.  Dalam melaksanakan Islam maka Muhammad SAW dijadikan sebagai contoh dan ikutan.  Semua langkah dan tindakan dilaksanakan sesuai dengan bimbingan Rasulullah ini.  Karena Muhammad SAW adalah manusia pilihan yang diutus Allah, insan kamil, pendidik utama yang selalu menyayangi ummatnya.

Dalil :

Q.9:59, ciri sikap mukmin selalu mencari redha Allah dan Rasulnya.  Q.9:128-129, Rasulullah sangat sesuai untuk diredhai karena teramat sayang kepada kita.
Q.4:65, keimanan seseorang ditentukan oleh kerelaannya bertahkim kepada keputusan Rasulullah tanpa keberatan dalam menerima keputusan tersebut.
Hadits, tidak beriman salah seseorang di antaramu sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku (Muhammad) datangkan.
Q.33:21, Rasulullah adalah teladan dalam setiap aspek kehidupan.


4.     Sibgah.

Sarahan :

Cinta dan keredhaan kepada Allah, Rasul dan Islam mewarnai seluruh aspek kehidupan mukmin, menjadi sibghoh dalam dirinya.  Sibgah adalah iman yang merasuk sampai ke tulang yang tidak dapat lepas, bersifat suci, murni dan tidak bercampur dengan syirik walaupun setitik.  Seorang yang hidupnya dalam sibgah Allah seluruh hidupnya merupakan ibadah atau pengabdian kepada Allah.  Untuk mengaplikasikannya sibgah diperlukan :
Pengenalan yang sebenarnya terhadap Allah dan interaksi denganNya dalam bentuk penghambaan.
Pengenalan kepada Islam serta siap menghayati dan mengamalkannya baik dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.  Islam harus diperjuangkan sehingga tegak di bumi Allah.
Pengenalan kepada Rasul SAW serta sedia mengikuti bentuk hidup beliau sesuai dengan kemampuan.

Dalil :

Q.2:138, Iman sejati adalah sibgah Allah yang meliputi dirinya.  Sibgah Allah ini menjadikan setiap perbuatannya ibadah kepada Allah.
Q.6:82, iman yang sejati tidak bercampur dengan kemusyrikan meskipun sedikit.  Orang yang memilikinya akan memperoleh rasa aman.
Q.47:19, 20:14, pengenalan terhadap Laa ilaha illa Allah.  9:128, 18:110, pengenalan terhadap Rasul.  3:19,85, pengenalan terhadap Islam.


5.     Sibgah Hati.

Sarahan :

Hati yang tersibgah adalah hati yang suci, bersih dan senantiasa berhubungan dengan Allah, siap menerima pimpinan dan bimbinganNya.
Dalam hati ini terpancarlah aqidah yang sehat dalam keyakinan dan keimanannya.
Aqidah yang benar dan sehat tersebut menjadikan muslim selalu berniat ikhlas dalam setiap langkah tindakannya.  Niat adalah dasar ibadah, sama ada diterima atau ditolak ibadah seseorang ditentukan oleh niatnya.

Dalil :

Q.26:89, hati yang suci bersih siap menerima keyakinan Islam.  Q.23:35, hati mukmin gemetar bila disebut asma Allah.  Q.50:33, hati mukmin senantiasa bertaubat dan kembali kepada Allah.
Hadits, keterangan Rasulullah yang menyatakan taqwa ada di dalam dada (hati) seseorang.
Q.3:84, 2:136, 4:136, keyakinan yang terdapat dalam dada setiap muslim merupakan iman yang mantap.
Hadits, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya sahnya suatu amal ditentukan oleh niat.  Dan sesungguhnya setiap orang akan memperoleh sesuai yang ia niatkan”.


6.     Sibgah Akal.

Sarahan :

Akal tersibgah senantiasa bertafaqquh fiddien.  Aktif memikirkan kejadian langit, bumi dan segala isinya, mempelajari semua fenomena alam sebagai tanda-tanda kebesaran Allah dibimbing oleh wahyunya.
Dari akal yang selalu menyingkap rahasia fenomena alam ini lahirlah fikrah Islam, iaitu pemikiran atau idea yang merupakan aplikasi ajaran Islam yang bersumberkan kepada Kitabullah dan bimbingan Rasul.
Fikrah yang Islami menjadikan muslim memiliki suatu program yang benar dalam menghadapi kehidupan.  Program kehidupannya mampu menegakkan ajaran Allah (Al Islam).

Dalil :

Q.3:190, 191, 30:20-24, Firman Allah yang mengisyaratkan pentingnya berfikir tentang tanda-tanda kekuatan Allah di alam semesta.
Q.50:37, pada kejadian alam semesta banyak terdapat peringatan bagi mereka yang mau menggunakan akalnya.
Q.67:10, orang kafir menyesal di neraka karena tidak menggunakan akalnya dengan maksima.
Q.9:120, muslim bertafaqquh fiddien sesuai bidang yang diminatinya dalam rangka menegakkan dienullah.
Hadits, sabda Rasul : “Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik, maka difahamkan Nya dalam Dien”.


7.     Sibgah Jasad.

Sarahan :

Jasad yang tersibgah senantiasa dipelihara kesehatan dan kekuatannya.  Jasad ini dibangun dengan berbagai cara agar mampu mengikuti jejak hidup Rasulullah SAW.
Dapat melakukan aktifiti atau bekerja sesuai bimbingan Allah dalam kitabullah.  Menjadi wujud yang nyata dari Aqidah dan fikrahNya.
Dapat melaksanakan bimbingan dan pimpinan Allah baik untuk individu maupun masyarakat sesuai dengan kemampuannya.  Pelaksanaan ini berdasarkan niat yang ikhlas dan program yang digariskan.

Dalil :

Q.2:247, syarat pemimpin dalam Al-Qur’an adalah yang memiliki ilmu yang luas dan tubuh yang kuat.
Q.28:26, pilihan untuk menerima amanah jatuh kepada orang yang bertubuh kuat dan terpercaya.
Hadits, Rasulullah SAW memerintahkan “Ajarkanlah anak-anakmu berenang dan memanah”.
Hadits, Rasulullah menyatakan : “Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah”.



Ringkasan Dalil :


Tahap-tahap interaksi dengan syahadatain :

·         Cinta  (2:165, 8:2, 9:24)

·         Redha  (2:207)
Kepada Allah                       (a, 2:207, 92:20-21, 94:8)
Kepada Islam                      (a, 3:19,85)
Kepada Muhammad         (a, 33:21)

Membentuk Sibgah  (2:138, 4:125) :
Dalam hati                            (26:89)
Dalam akal                           (67:10)
Dalam jasad                         (2:251)

 



A-7.  SYURUT QOBULU SYAHADATAIN



Objektif


1.       Memahami bahawa syahadah yang diucapkannya mesti dilandasi dengan ilmu pengetahuan, keyakinan keikhlasan, membenarkan, mencintai, menerima dan tunduk.
2.       Menyedari bahawa kebodohan, ragu-ragu, syirik, dusta, benci, ingkar dan menolak pelaksanaan adalah di antara sikap-sikap yang menyebabkan pernyataan syahadatain ditolak.
3.       Mampu mewujudkan sikap rela diatur oleh Allah, Rasul dan Islam dalam setiap keadaan.

Sinopsis


Sebagai seorang mukmin berusaha untuk menjaga syahadat kita dari futur dan melemah.  Untuk itu kita perlu mengetahui bagaimana syahadat diterima atau ditolak.  Untuk diterimanya syahadat kita maka diperlukan beberapa persediaan misalnya ilmu, yakin, ikhlas, shidqu, mahabbah, qobul dan amal nyata.  Juga kita perlu menolak kebodohan terhadap syahadat, keraguan, kemusyrikan, dusta, kebencian, penolakan dan tidak beramal.

Hasyiah


Ilmu Yang Menolak Kebodohan.

Sarahan :

Seorang yang bersyahadah mesti memiliki pengetahuan tentang syahadatnya.  Ia wajib memahami arti dua kalimat ini serta bersedia menerima hasil ucapannya.  Orang yang jahil tentang makna syahadatain tidak mungkin dapat mengamalkannya.

Dalil :

Q.47:19, berkewajiban mempelajari laa ilaha illa Allah.
Q.3:18, mereka yang bersyahadat adalah Allah, Malaikat, dan orang-orang yang berilmu (para nabi dan orang beriman).


Yakin Yang Menolak Keraguan.

Sarahan :

Seorang yang bersyahadat mesti meyakini ucapannya sebagai suatu yang diimaninya dengan sepenuh hati tanpa keraguan.  Yakin membawa seseorang pada istiqomah, manakala ragu-ragu pula menimbulkan kemunafiqan.

Dalil :

Q.49:15, Iman yang benar tidak bercampur dengan keraguan.
Q.32:24, yakin menjadikan seseorang terpimpin dalam hidayah.
Q.2:1-5, diantara ciri mukmin adalah tidak ragu dengan kitabullah dan yakin terhadap hari Akhir.


Ikhlas Yang Menolak Kemusyrikan.

Sarahan :

Ucapan syahadat mesti diiringi dengan niat yang ikhlas lillahi ta’ala.  Ucapan syahadat yang bercampur dengan riya atau kecenderungan tertentu tidak akan diterima Allah.  Ikhlas dalam bersyahadat merupakan dasar yang paling kukuh dalam pelaksanaan syahadat.

Dalil :

Q.98:5, 39:11, 14, syahadat merupakan ibadah, karenanya dilakukan dengan ikhlas.
Q.39:65, kemusyrikan menghapus amal.  18:110, ibadah yang tidak ikhlas, tidak diterima.


Shidqu (benar) Yang Menolak Kejujuran.

Sarahan :

Dalam pernyataan syahadat muslim wajib membenarkan tanpa dicampuri sedikitpun dusta (bohong).  Benar adalah landasan iman, sedangkan dusta landasan kufur.  Sikap shiddiq akan menimbulkan ketaatan dan amanah.  Sedangkan dusta menimbulkan kemaksiatan dan pengkhianatan.

Dalil :

Q.39:33, ciri-ciri taqwa adalah sikap shiddiq.  33:23-24, orang yang benar akan terbukti dalam medan jihad dan Allah membalas mereka, sedangkan orang-orang munafiq akan mendapat siksa.
Q.2:8-10, ciri nifaq adalah dusta.  29:2-3, kebenaran dan kemunafikan diuji melalui cobaan.
Hadits, sikap benar mengajak kepada kebaikan dan kebaikan membawa ke surga.  Sifat dusta mengajak kepada keburukan dan keburukan membawa ke neraka.
Hadits, tinggalkanlah yang meragukanmu, sesungguhnya benar itu menenangkan (hati) sedangkan dusta itu meragu-ragukan.


Mahabbah Yang Menolak Kebencian.

Sarahan :

Dalam menyatakan syahadat ia mendasarkan pernyataannya dengan cinta.  Cinta ialah rasa suka yang melapangkan dada.  Ia merupakan ruh dari ibadah, sedangkan syahadatain merupakan ibadah yang paling utama.  Dengan rasa cinta ini segala beban akan terasa ringan, tuntutan syahadatain akan dapat dilaksanakan dengan mudah.

Dalil :

Q.2:165, cinta kepada Allah yang teramat sangat merupakan sifat utama orang beriman.
Hadits, sabda Rasulullah, “Ada tiga perkara yang apabila ketiganya terdapat dalam diri seseorang, ia akan merasakan manisnya iman”.
Q.9:24, mukmin mendahulukan kecintaan kepada Allah, Rasul dan jihad dari kecintaan terhadap yang lain.


Menerima Yang Jauh Dari Penolakan.

Sarahan :

Muslim secara mutlak menerima nilai-nilai serta kandungan isi syahadatain.  Tidak ada keberatan dan tanpa rasa terpaksa sedikitpun.  Baginya tidak ada pilihan lain kecuali Kitabullah dan sunnah Rasul.  Ia senantiasa siap untuk mendengar, tunduk, patuh dan taat terhadap perintah Allah dan RasulNya.

Dalil :

Q.4:65, Mukmin adalah mereka yang bertahkim (berhukum) kepada Rasul Allah dalam seluruh persoalannya kemudian ia menerima secara total keputusan Rasul, tanpa ragu-ragu dan kebenaran sedikitpun.
Q.33:36, 28:68, ciri orang beriman ialah menerima ketentuan dan perintah Allah tanpa keberatan dan pilihan lain.
Q.24:51, ciri mukmin ialah mendengar dan taat terhadap Allah dan Rasul dalam seluruh masalah hidup mereka.


Pelaksanaan Yang Jauh Dari Sikap Statik atau Diam.

Sarahan :

Syahadatain hanya dapat dilaksanakan apabila diwujudkan dalam amal yang nyata.  Maka muslim yang bersyahadat selalu siap melaksanakan ajaran Islam yang menjadi aplikasi syahadatain.  Ia menentukan agar hukum dan undang-undang Allah berlaku pada diri, keluarga maupun masyarakatnya.

Dalil :

Q.9:105, perintah Allah untuk bekerja di jalanNya dengan perhitungan nilai kerja itu disisi Allah.
Q.16:97, orang yang bekerja akan mendapat kehidupan yang baik dan surga Allah.



Ringkasan Dalil :


Syarat diterima Syahadat :
Ilmu                               (47:19, 3:18, 43:86)
Yakin                             (49:15)
Ikhlas                             (98:5, 18:110)
Membenarkan             (2:8-9, 33:23-24)
Cinta                              (2:165, 8:2)
Menerima     (4:65)
Melaksanakan             (24:51, 56, 31:22)
Redha                            (76:31)

 



A-8.  AR RIDHO



Objektif


1.       Mad’u memahami bahawa redha terhadap Allah berarti menerima semua ketetentuan Allah terhadap manusia, alam semesta dan segala tuntutan Allah terhadap diri kita..
2.       Menyadari bahawa taqdir kauni dan syar’I adalah rahasia Allah yang besar dan harus diterima dengan penuh keimanan.  Sunnatullah di alam semesta dapat dipelajari dalam rangka meningkatkan keimanan.
3.       Mad’u menyadari bahawa dia mesti bersikap sesuai dengan tuntutan Allah sebagai menjunjung syahadatain.

Sinopsis


Ridho adalah hasil dari cintanya mukmin kepada Allah.  Cinta berarti menerima semua keinginan dan tuntutan dari yang dicintainya (Allah).  Tuntutan dan kehendak Allah ini terdapat di dalam Al-Qur’an.  Kehendak Allah terhadap manusia, alam semesta dan dari diri kita.  Kehendak Allah terhadap manusia iaitu diberikan ketentuan-ketentuan yang pasti seperti qadha dan qadar.  Terhadap alam, Allah menghendaki alam sebagai kajian untuk dikaji dan mengambil manfaat darinya, juga menggambarkan kehebatan dan kekuasaan Allah di alam.  Yang Allah kehendaki dari diri manusia adalah melaksanakan petunjukNya, menjalankan syariat dan iltizam.  Dengan menerima semua ketentuan-ketentuan yang diberikan kepada kita, alam dan yang dikehendaki dari kita, maka individu tersebut beriman sebenarnya.

Hasyiah


Ridho

Sarahan :

Ridho merupakan buah dari rasa cinta seseorang mukmin terhadap Allah.  Fenomena ridho adalah menerima semua kehendak dan kemauan Allah tanpa reserve.  Hal ini terdapat dalam tiga dimensi.

Dalil :

Q.2:207, redha Allah adalah harapan orang-orang mukmin dan mereka rela berkorban untuk mendapatkannya.
Q.76:31, makna redha adalah menerima ketentuan Allah atas dirinya.


A.    1.   Kehendak dan Kemauan Allah Terhadap Kita (manusia).

Sarahan :

Kehendak Allah terhadap kita iaitu kejadian yang telah berlangsung, tidak dapat dielakkan, tidak diketahui sebelumnya (ghaib) seperti kelahiran, kematian, pernikahan dan kehidupan dengan segala cabarannya seperti kekayaan, kemiskinan, kemenangan, kekalahan, keimanan, kekafiran.  Semua yang telah terjadi ini tidak mungkin berlangsung kecuali dengan kehendak Allah.

Dalil :

Q.4:78, semua kejadian samada kebaikan maupun keburukan dari sisi Allah, misalnya kematian.
Q.35:2, tak ada seorangpun yang dapat menghindari rahmat Allah dan kecelakaan yang dikenakanNya pada seseorang.
Q.11:6, setiap makhluk di tangan Allahlah ketentuan rizkinya.  Q.9:52, semua kejadian pada diri orang-orang mukmin adalah ketentuan Allah bagi mereka.

1.     Alam Ghaib.

Sarahan :

Kehendak Allah tersebut sebelum terjadinya merupakan sesuatu yang ghaib bagi manusia.  Tidak dapat ditangkap dengan deria.  Tidak dapat diketahui dengan jalan apapun.  Ketentuan ini hanya Allah sahaja yang mengetahuinya, semua telah tercatat dalam kitab yang nyata.

Dalil :

Q.6:59, hanya di sisi Allah pengetahuan yang ghaib.  Q.31:34, kelahiran dan kematian adalah ketentuan yang terdapat dalam pengetahuan Allah.
Q.11:6, Allah mengetahui tempat-tempat aktiviti makhlukNya, semua tercatat dalam kitab yang nyata.
Q.6:38, Luhul Mahfuzh tidak meninggalkan sedikitpun melainkan dicatatnya.

3.     Qadha dan Qadar.

Sarahan :

Kejadian yang pasti dan tak dapat dihindari ini disebut Qadha dan Qadar.  Ia merupakan bahagian dari rukun iman yang enam.  Setiap muslim wajib mengimaninya samada merupakan kebaikan (menguntungkan) maupun keburukan (merugikan) terhadap dirinya.  Iman ini membuat kita sadar dan tidak sombong terhadap apa-apa yang dimiliki serta tidak kecewa terhadap apa-apa yang lepas dari kita.

Dalil :

Hadits, pernyataan Rasulullah tentang Iman, “….. dan engkau beriman dengan Qadar baik maupun buruk”.
Q.57:22, ketentuan Allah membuat kita tidak sombong dengan yang diperoleh dan tidak kecewa dengan yang tepat dari kita.
Hadits, Allah telah menentukan bagi manusia di dalam rahim ibunya ketentuan.  Lahir, mati, celaka, bahagia dan sebagainya.

4.     Allah Tidak Ditanya Tentang Apa Yang Dikerjakannya.

Sarahan :

Dalam bersikap terhadap Qadha dan Qadar Allah, manusia tidak berhak menyalahkan atau menuduh Allah.  Sebab sebagai yang maha pencipta dia berbuat sesuai dengan kehendakNya tanpa seorangpun dapat memprosesNya.

Dalil :

Q.21:23, Allah tidak dapat ditanya tentang apa yang diperbuatNya terhadap makhluk.
Q.85:16, Allah berbuat sekehendakNya tidak mengikuti peraturan siapapun selain diriNya.
Q.2:284, semua kepunyaan Allah, Allah bebas memberi ampun ataupun mengazab hambanya.
Hadits, jika Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang maka diberikan cobaan.  Maka siapa yang ridho (dengan cobaan itu) baginya keredhaan Allah.  Dan barang siapa yang keberatan maka baginya kemarahan Allah.


5.     Hikmah.

Sarahan :

Allah tidak bertindak melainkan di dalamnya terdapat suatu hikmah.  Tetapi sedikit dari manusia yang dapat memahaminya.  Karena itu, terhadap kejadian yang mengenanya mukmin berupaya mencari hikmah Allah tersebut.  Ia senantiasa berbaik sangka kepada Allah karena meyakini bahawa Allah maha pengasih lagi maha penyayang kepada hamba-hambaNya.

Dalil :

Q.2:216, hikmah Allah dalam disyariatkannya berperang.
Hadits, orang mukmin itu mengagumkan karena semua urutan mendatangkan kebaikan baginya.  Jika dia diberi kebaikan ia bersyukur dan itu baik baginya, jika ia tertimpa musibah ia bersabar dan itu baik pula baginya.
Hadits Qudsi, sesungguhnya aku tergantung sangkaan hambaKu terhadapKu.  Jika dia bersangka baik maka baik pula baginya, jika dia bersangka buruk maka buruk pula baginya.


B.    1.   Apa Yang Allah Kehendaki Terhadap Alam Semesta.

Sarahan :

Allah mengatur, menetapkan, menentukan seluruh kejadian di alam semesta secara pasti dan tepat.  Tidak ada satu makhlukpun yang lepas dari aturan Allah ini.  Setiap fenomena yang terjadi merupakan tanda-tanda kebesaran Allah dan keagunganNya.

Dalil :

Q.25:2, 54:49, 87:1-2, 15:20, 36:38-40, 55:7, Allah menentukan qadar alam seluruh ciptaan Nya dengan sangat rapih dan teratur.


2.     Alam Kajian.

Sarahan :

Ketentuan Allah tersebut bukan merupakan sesuatu yang ghaib tetapi juga tidak mudah untuk difahami dan diketahui.  Manusia akan memahaminya dengan jalan belajar dan melakukan berbagai kajian tentang ketentuan-ketentuan Allah tersebut.

Dalil :

Hadits, mengenai seseorang yang mendapat petunjuk Rasulullah cara bertanam korma.  Ternyata hasil tuaiannya tidak memuaskan kemudian dia datang kepada Rasul untuk melaporkan.  Jawab Rasulullah SAW, “kamu lebih tahu urusan duaniamu”


2.     Undang-undang Allah Di Alam Semesta.

Sarahan :

Semua ketentuan dan peraturan Allah yang tidak tertulis di alam semesta itu disebut Sunnatullah.  Sifatnya tetap, tidak berubah dan tidak berganti.  Tetapi Allah sendiri dapat merubahnya seperti pada mukjizat para Nabi.  Kita mesti menyebutnya Sunnatullah dan bukan hukum alam atau hukum sains tulin.

Dalil :

Q.35:43, 33:62, 48:23, sunnatullah tidak mengalami perubahan atau pergantian.  Q.21:68-69, Nabi Ibrahim tidak hangus dimakan api bahkan selamat dengan izin Allah.
Q.20:77-78, Nabi Musa mampu membelah laut dengan izin Allah dan sebagainya.


3.     Mengkaji.

Sarahan :

Sunnatullah hanya dapat difahami setelah diselidiki, dipelajari, dianalisa dan dikaji.  Sifatnya netral.  Dapat dipelajari siapa sahaja.  Tetapi orang mukmin lebih berhak untuk memperolehnya.  Itulah mengapa kitabullah banyak sekali menganjurkan mukminin melakukan pengamatan terhadap alam semesta.

Dalil :

Q.3:190-191, 10:5-6, 30:20-25, 30:8, contoh-contoh anjuran dan rangsangan Allah untuk memperhatikan alam semesta.
Sabda Rasulullah, “Hikmah itu kepunyaan orang mukmin, dimana sahaja mereka jumpai hikmah itu, merekalah yang paling berhak atasnya”.  Q.3:137, mengamati sejarah kehidupan manusia adalah perintah Allah.


4.     Intifa.

Sarahan :

Dengan mengkaji sunnatullah kita mengambil manfaat sebesar-besarnya dari potensi alam untuk memperkuat barisan kaum muslimin.  Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berguna untuk menjadi sarana dakwah.  Karenanya kaum muslimin wajib menggalakkan kembali pengamatan dan pengkajian terhadap alam semesta ini.

Dalil :

Q.57:25, Allah menyuruh memanfaatkan kekuatan besi (teknologi) untuk menegakkan Islam.  Q.8:60, perintah untuk mempersiapkan sarana-sarana jihad di jalan Allah.  Ini tidak dapat berlangsung tanpa pemanfaatan sains dan teknologi.


C.    1.   Yang Allah Kehendaki dari Diri Kita.

Sarahan :

Iaitu rela melaksanakan petunjuk hidup yang didalamnya ada perintah dan larangan, halal dan haram, peringatan dan anjuran, dan sebagainya.  Kesemuanya dapat kita jumpai dalam kitabullah dan sunnah Rasulullah.  Setiap muslim wajib menerima undang-undang Allah yang telah tertulis ini dengan tanpa keraguan.

Dalil :

Q.3:19, 3:85, aturan hidup (dien) yang diterima disisi Allah hanyalah Islam.  Ia merupakan kumpulan kehendak Allah dari diri kita.  Disinilah Allah mengatur dan mengendalikan hambaNya.  Q.42:15, disyariatkannya dien bagi kita untuk ditegakkan dengan tidak bercerai-cerai.

2.     Alam Yang Nyata.

Sarahan :

Perintah-perintah dan larangan-larangan Allah merupakan sesuatu yang jelas dan dapat difahami dengan mudah.  Ia berbicara tentang realiti yang ada di sekitar manusia tentang hubungan manusia dengan penciptanya dengan alam, hakikat kehidupan, hakikat manusia itu sendiri, dan hakikat pengabdian.  Semua sangat diperlukan oleh setiap manusia.

Dalil :

Q.5:15-16, Rasulullah bagaikan cahaya yang terang membawa kitab yang sangat jelas bagi kehidupan.  Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang yang mencari keredhaanNya ke jalan keselamatan.  Membebaskan mereka dari kegelapan (jahiliyah) menjadi terang benderang (Islam).
Hadits, pernyataan Rasulullah, “yang halal itu jelas dan yang haram itu juga jelas, dan di antara keduanya ada yang mutasyabihat”.

3.     Ketentuan Syariah.

Sarahan :

Peraturan dan petunjuk hidup Allah merupakan ketentuan syariah bagi kebahagiaan manusia.  Manusia diberi kebebasan untuk menerima atau menolaknya.  Mereka yang menerima menjadi orang beriman dan hidupnya akan bahagia.  Sedangkan yang menolak disebut orang kafir dan hidupnya akan celaka.

Dalil :

Q.2:256, 18:29, Yang haq adalah yang datang dari Allah, manusia boleh memilih iman atau kafir.  Bila kafir maka ancamannya adalah neraka.
Q.24:1, 28:85, kewajiban melaksanakan syariat bagi mereka yang mengaku beriman.

4.     Mereka Akan Ditanya.

Sarahan :

Pengetahuan tersebut akan melahirkan amal yang kelak dipertanggung-jawabkan.  Setiap insan mesti bertanggung-jawab terhadap pelaksanaan perintah dan larangan Allah.  Mukmin menerima qadha dan qadar tetapi iapun menyadari bahawa taqdir syar’I menghendaki adanya sikap tanggung jawab.  Contohnya tatkala sakit (qadha) maka syariat menentukan untuk berubat, tatkala ia kufur syariat menyuruhnya mencari hidayah, ketika dalam keadaan maksiat syariat memerintahkannya bertaubat tatkala kaya ia dimestikan bersyukur dan tatkala miskin ia diperintah untuk sabar.

Dalil :

Q.21:23, setiap manusia akan ditanya apakah ia melaksanakan ketentuan syariah atai tidak.
Q.102:8, semua manusia akan diminta pertanggung-jawabannya di akhirat.
Q.4:79, 42:30, Allah menyalahkan mereka yang tidak berikhtiar mengikuti syariat.
Hadits, sabda Rasulullah, “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya tentang tanggung jawabnya … “.
Sabda Rasulullah SAW, “Setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kamu”.


5.     Iltizam.

Sarahan :

Untuk terwujudnya semua ketentuan Allah maka kewajiban kita adalah senantiasa iltizam (komitmen) baik terhadap pengetahuan maupun pelaksanaan syariah.  Semua yang dapat dilakukan secara individu wajib dilaksanakan.  Sedangkan yang belum dapat dilaksanakan kecuali telah adanya wasilah (sarana) wajib diperjuangkan.

Dalil :

Q.33:36, komitmen mukmin terhadap aturan Allah.  Bila Allah telah menetapkan sesuatu maka tidak boleh ada pilihan lain baginya.
Q.4:65, syarat iman ialah menerima keseluruhan yang berasal dari Rasulullah dan tidak ada keberatan terhadap keputusan Rasul itu.
Q.24:51, sikap mukmin terhadap keputusan Allah dan Rasul adalah “mendengat dan taat”.
Q.5:35, perintah bertaqwa, mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, serta berjihad di jalan Allah.


D.    Iman.

Sarahan :

Penerimaan dan keredhaan terhadap ketiga unsur taqdir diatas itulah yang disebut iman yang sebenarnya.  Dengan rela menerima apa yang Allah tentukan bagi dirinya dan alam semesta, maka mukmin berupaya menegakkan tuntutan Allah pada dirinya.  Sehingga hidupnya sepenuhnya dalam bimbingan dan pimpinan Allah SWT, serta dalam keadaan berjihad menegakkan syariah Islam.

Dalil :

Q.49:15, mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul kemudian mereka tidak ragu-ragu dan berjihad di jalan Allah.


Ringkasan Dalil :


Ridha  (2:207, 284, 286)

Apa yang Allah kehendaki (Masyiatullah) :  (76:30, 18:24, 3:26, 31:29)
Terhadap kita – alam ghaib : (6:59, 2:3), merupakan qadha’ dan qadar : (h, 9:51, 57:22), Dia tidak ditanya apa yang diperbuat (21:23), tidak dapat dipelajari (17:85), untuk diambil hikmahnya (57:23).
Terhadap alam (25:2), alam eksperimen (35:28), merupakan sunnatullah di alam (41:53), untuk dikaji/dipelajari dan dijadikan sarana (3:190), untuk dimanfaatkan (11:61).
Dari diri kita (57:16), alam nyata (30:7), merupakan taqdir syar’ie (4:65, 6:153,42:13), untuk dipelajari dan diamalkan (9:105), mereka akan ditanya (21:23, iman.

 



A-9.1.  TAHQIYQU MAKNA SYAHADATAIN



Objektif


Memahami tiga bentuk hubungan antara Allah dengan seorang mukmin : Cinta, perniagaan dan kontrak kerja serta bercita-cita merealisasikannya di dalam kehidupan.
Menyadari bahawa berjihad di jalan Allah merupakan jalan hidup yang wajib ditempuhi.
Menyadari kewajiban menghias diri dengan sifat-sifat mujahid yang merindukan syahadah.

Sinopsis


Hubungan mukmin dengan Allah merupakan hubungan ubudiyah (pengabdian).  Hubungan ini didasari kepada tiga unsur iaitu cinta, perniagaan dan amal atau jihad.  Dengan transaksi ketiga unsur diatas, setiap mukmin wajib menjalani hidupnya sebagai pejuang Islam dengan senantiasa mempersiapkan watak seorang mujahid.  Dengan syahadatain yang diyakininya, kita mesti mengamalkan syahadat di dalam kehidupan kita seharian seperti bertaubat, mengabdikan diri kepada Allah, memuji Allah, melaksanakan siyahah, senantiasa ruku dan sujud, menyuruh kepada makruf dan memelihara hukum Allah.

Hasyiah


1.     Cinta.

Sarahan :

Cinta iaitu suatu ikatan hati untuk mencintai apa sahaja yang dicintai Allah dan apa-apa yang ditentukan Allah baginya.  Ikatan ini membuat pribadi mukmin dengan kecintaan dan keredaan Allah.

Dalil :

Q.2:165, hubungan cinta mukmin dengan Allah, teramat sangat kecintaannya terhadap Allah.
Q.8:2, diantara tanda cinta senang membaca Kitabullah dan bergetar hatinya tatkala nama Allah disebut.
Q.39:25, cenderung terhadap Kitabullah.


2.     Perniagaan.

Sarahan :

Pada hakikatnya semua manusia miskin dan faqir, tidak memiliki sesuatupun termasuk dirinya sendiri.  Semua yang ada hanyalah milik Allah.  Tetapi dalam perjanjian ini Allah menawarkan kepada mukmin untuk menjual apa-apa yang bukan miliknya itu kepada Allah.  Perjanjian ini merupakan perniagaan dengan keuntungan di pihak mukmin yang sangat besar.

Dalil :

Q.61:10, penawaran Allah untuk berjual beli dengan Nya dengan keuntungan bebas dari neraka.
Q.9:111, pernyataan Allah bahawa Allah telah membeli mukminin.
Q.35:29, jual beli ini tidak akan merugikan.
Hadits, pernyataan sahabat Nabi tentang baiah mereka dengan Rasulullah, “Kami berbaiah dengan Rasulullah untuk mendengar dan taat samada dalam keadaan lapang maupun sempit, dalam kondisi malas maupun giat, dalam hal yang menyenangkan dan pada keadaan merasa dirugikan.

2.1.  Mukmin Sebagai Penjual.

Sarahan :

Mukmin sebagai penjual, yang dijualnya adalah harta (amwal) yang dimilikinya, iaitu semua simbol yang melekat pada dirinya dan yang dianggap sebagai miliknya.  Seperti harta, kekayaan, kedudukan, kerjanya, jawatan, pengaruh dan sebagainya.
Jiwa (nafs), meliputi nyawanya, tenaganya, waktu dan kesempatannya, perasaannya dan lain-lain.

Dalil :

Q.9:111, mukmin sebagai penjual dengan menjual harta dan nyawa.  Lihat pula  61:11 dengan kewajiban beriman kepada Allah dan Rasul.
Q.2:265, yang dijual berupa harta.  3:195, yang dijual berupa nyawa dan tenaga.
Q.2:207, yang dituju dengan penjualan ini adalah keredhaan Allah sebagai harta tertinggi.

2.2.  Allah SWT Sebagai Pembeli.

Sarahan :

Dalam hal ini Allah sebagai pembeli tunggal yang akan memberikan dua keuntungan yang sangat besar bagi penjual tersebut, iaitu surga dengan segala kenikmatannya, sebagai pengganti harta yang diberikan mukmin.
Redha Allah yang jauh lebih nikmat dari surga sebagai pengganti dari jiwa yang diberikan mukmin.

Dalil :

Q.9:111, Allah sebagai pembeli dengan memberikan surga dan keredhaan Allah.
Q.98:8, harga berupa keredhaan lebih tinggi nilainya.


3.     Amal dan Jihad.

3.1.  Amal.

Sarahan :

Hubungan ini merupakan hasil dari hubungan cinta dan jual beli yang meliputi semua pelaksanaan perintah Allah dengan semangat redha.  Juga meliputi semua aktifiti pribadi, keluarga, masyarakat dan bernegara.  Disamping itu juga, menjauhi semua larangan-larangan Allah dan hal-hal yang dapat membawa pada kebencianNya.  Karena itu mukmin menyediakan diri untuk hidup dibawah naungan Al-Qur’an dan Sunnah.

Dalil :

Q.9:105, kewajiban bekerja melakukan perintah Allah dan Allah sajalah yang akan menilai amal perbuatan seseorang.
Q.3:195, kontrak kerja dengan Allah adalah aktiviti untuk mencari redha Nya.  Mukmin beramal jama’I dengan saudara-saudaranya sesama mukmin samada laki-laki maupun perempuan.  Lihat pula 9:71-72.


3.2.  Jihad.

Sarahan :

Sebagai puncak dari cintanya kepada Allah, jual beli dengan Allah serta aplikasinya ke dalam hidup, maka mukmin memperjuangkan dienullah.  Ia selalu menegakkan kalimatullah dalam diri, keluarga maupun masyarakatnya.  Ia berupaya sekuat tenaga untuk menjadikan dirinya sebagai mujahid fi sabilillah.  Dimulai dengan ucapan syahadatnya, seluruh hidupnya merupakan jihad.  Cita-citanya yang tertinggi adalah mencapai syahadah (syahid).  Mukmin menyadari bahawa tiada izzah tanpa jihad dan bahawa syahid merupakan puncak kenikmatan hidup di dunia maupun di akhirat.

Dalil :

Q.22:78, Perintah Allah melaksanakan jihad dengan sebenar-benarnya jihad sebagai aplikasi keislaman seseorang.
Q.29:69, manfaat jihad itu sendiri kembali kepada diri mukmin karena sesungguhnya merupakan jual beli dengan Allah.
Q.3:168, 2:152, gambaran Allah tentang kenikmatan syahid fi sabilillah.
Hadits, sabda Rasul, “jihad merupakan puncak (dzirwatul sanamil) Islam.
Hadits, karena cintanya Rasulullah pada syahid, beliau berkata, “Tiada seseorangpun yang mati yang ingin kembali ke dunia (dengan merasakan kematiannya) kecuali syahid.  Ini disebabkan kelebihannya”.
Hadits, “Barangsiapa yang memohon syahid kepada Allah dengan sebenar-benarnya permohonan, maka Allah akan menyampaikannya pada derajat syuhada meskipun ia wafat diatas tempat tidurnya”.


4.     Mujahid.

Sarahan :

Dengan pelaksanaan cinta, perniagaan dan amal/jihad di atas, sikap mukmin wajib menjalani hidupnya sebagai pejuang Islam dengan senantiasa mempersiapkan watak seorang mujahid iaitu :
Senantiasa bertaubat, memohon ampunan dari dosa dan menghindarkan diri dari sebab-sebab kemaksiatan.
Senantiasa mengabdikan diri kepada Allah samada dalam keadaan lapang maupun sempit dengan pengabdian yang ikhlas.
Senantiasa memuji, menyanjung dan mengagungkan Allah dalam berbagai kesempatan.
Senantiasa melakukan syahadah dengan antara lain : mencari ilmu yang memberi kemanfaatan bagi Islam dan kaum muslimin, bertafakkur tentang alam dan realita ummat dan melawat atau berjalan dalam rangka dakwah.
Senantiasa ruku’ iaitu menghinakan diri dengan tidak sombong terhadap kehendak dan kemauan Allah.
Menyuruh kepada yang ma’ruf (kebaikan).
Mencegah dari yang munkar (keburukan) dan yang dibenci Allah.
Selalu memelihara hukum Allah, iaitu pelaksanaan kitabullah pada dirinya dan memperjuangkan agar terlaksana di masyarakatnya.

Dalil :

Q.9:112, sifat-sifat mujahid yang mestinya ada pada setiap mukmin : bertaubat, beribadah, memuji, bersiyahah, ruku’, sujud, amar ma’ruf, nahi munkar dan memelihara hukum-hukum Allah.



Ringkasan Dalil :


Hubungan Mukmin dengan Allah :
Cinta  (2:165, 8:2)
Perniagaan (61:10).  Mukmin sebagai penjual (57:12, 2:265, 9:111).  Allah sebagai pembeli (9:111).  Yang dijual oleh mukmin adalah harta dan jiwa, harganya surga dan keredhaanNya.
·         Kerja (9:105), wujud di dalam bentuk jihad (61:11, 49:15, 29:69, 22:78) kehidupan mukmin dari syahadah sehingga syahid (7:172, 5:7, 3:52, 33:23).  Sifat-sifat mukmin mujahid (9:112) selalu bertaubat, beribadat, siahah, ruku’, sujud, amar makruf nahi munkar dan memelihara hukum-hukum Allah.

 



A-9.2.  TAHQIYQU SYAHADATAIN



Objektif


1.       Memahami bahawa hati yang suci dan akal yang cerdas merupakan sumber pelaksanaan ajaran Islam.
2.       Memahami cara-cara untuk mencapai akidah yang benar dan fikrah Islami serta pemeliharaannya.
3.       Memahami hubungan dakwah dan harakah dengan pemeliharaan pelaksanaan syahadat.

Sinopsis


Syahadah merupakan taqrir atau ucapan tauhidullah.  Hasil dari bersyahadah adalah Allah sebagai tujuan hidup, Islam sebagai manhaj hidup dan Rasul sebagai qudwah dalam kehidupan.  Syahadah bersumberkan kepada hati yang bersih dan akal yang cerdas.  Dengan hati yang bersih kita dapat mengharapkan rahmat kepada Allah, takut kepada siksaan Allah dan mencintai Allah.  Dengan sifat ini muncullah aqidah yang salimah.  Berasaskan aqidah salimah ini menghasilkan niat yang ikhlas.

Akal yang cerdas mempunyai ciri-ciri mentadaburkan Al-Qur’an, memikirkan alam semesta dan ingat mati.  Ini adalah ciri akal yang cerdas sehingga memunculkan fikrah Islami.  Berasaskan fikrah Islami menghasilkan minhaj yang shohih.  Dengan bersyahadah dan hasil yang diperoleh dari syahadah ini secara keseluruhannya akan mewujudkan harakah jihad, dakwah dan tarbiyah.

Hasyiah


1.     Syahadah.

Sarahan :

Syahadatain adalah pernyataan, perjanjian dan sumpah seorang muslim terhadap keesaan Allah.  Dengan tauhidullah itu muslim mengakui hak-hak Allah dalam menentukan tiga hal pokok iaitu :
Satu-satunya tujuan seluruh aktiviti kehidupan adalah Allah.
Satu-satunya konsep untuk mencapai tujuan hidup tersebut adalah Al Islam.
Satu-satunya teladan dalam pelaksanaan Al-Islam adalah Rasulullah.
Untuk melaksanakan tiga prinsip ini diperlukan wasilah iaitu qolbun salim dan aklu dzakiy.

Dalil :

Q.6:162, tujuan hidup muslim adalah Allah, lihat 50:50, keharusan muslim bersegera ke Allah atau meraih redha Allah.
Q.3:85, 3:19, dien (peraturan Allah) yang diterima disisi Allah hanyalah Islam.  6:153, mengikuti Al Islam tidak boleh dengan mencampur-adukkannya dengan konsep lain.
Q.33:21, pernyataan Allah bahawa Rasulullah Muhammad SAW merupakan satu-satunya teladan.
Q.3:31, meninguti Rasulullah merupakan aplikasi cinta kepada Allah.
Hadits, sabda Nabi, “Tidak beriman seorang dari kamu sebelum hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa”.


1.1. Qolbun Salim.

Sarahan :

Qolbun salim iaitu hati yang senantiasa bersih dari noda-noda syirik juga tidak terpengaruh hawa nafsu, syahwat dan penyakit-penyakit hati.  Hendaknya tidak terkesan di hati kecintaan terhadap dunia dan perhiasannya yang melalaikan syariat Allah.  Jalan yang ditempuh muslim untuk mencapai qolbun salim ini adalah :
Mencintai Allah dengan sebenar-benarnya kecintaan.  Kecintaan ini menjadi dasar seluruh aktiviti hidupnya.
Selalu mengharap kasih sayang Allah karena meyakini bahawa segala kebaikan hanya berada di tangan Allah.  Maka qolbun salim terbebas dari harapan dan ketergantungan pada selain Allah.
Takut terhadap siksaan Allah iaitu perasaan muslim yang sangat khawatir terlepas dari minhaj Allah, karena menyakini bahawa ancaman dan siksaan Allah lebih dahsyat dari ancaman manusia.  Muslim lebih takut terhadap siksa Allah daripada menerima kelezatan dunia.
Dengan tiga sikap diatas, muslim dapat mencapai aqidah yang sehat, kukuh dan kuat.  Sanggup bertahan dalam berbagai kondisi.  Aqidah ini akan menumbuhkan niat yang ikhlas dalam setiap aktiviti hidupnya.

Dalil :

Q.26:89, qolbun salim adalah sarana yang paling bermanfaat ketika menghadap Allah di hari pembalasan.  Ia disebut juga qolbun munib (hati yang senantiasa bertaubat), lihat 50:33.
Q.2:165, 8:2, lihat pembahasan cinta dalam bahan sebelumnya.
Q.39:38, jika Allah sahaja segala kebaikan.  33:21 orang yang dapat meneladani Rasul adalah orang yang mengharap rahmat Allah.
Q.10:15, 6:15-16, pernyataan takut seorang muslim jika menyimpang dari minhaj Allah.
Q.33:39, takut seorang muslim hanya kepada Allah sahaja menjadikannya berani menyampaikan kebenaran.
Q.33:12, sikap munafik sangat penakut dan penuh kecurigaan terhadap Allah dalam peperangan, bandingkan dengan sikap mukmin dalam 33:22.
Q.39:1-14, niat yang ikhlas disebabkan adanya cinta, harap dan takut hanya kepada Allah.


1.2. Aklu Dzakiy.

Sarahan :

Iaitu akal yang mampu membedakan yang haq dengan yang batil, memahami kebaikan Islam dan keburukan jahiliyah.  Akal ini siap menerima segala informasi yang diperlukan untuk berkhidmat kepada jalan Allah.  Tidak tersurat di dalam otak muslim untuk berkiblat kepada konsep bathil dan jahiliyah (di luar Islam).  Dalam mencapai kondisi akal yang demikian, maka muslim menempuh jalan tadabur Qur’an, tafakur alam dan mengingat kematian.
Tadabur Al-Qur’an, iaitu mempelajari, mengkaji dan menghayati ayat-ayat Kitabullah dengan maksud memahami dan melaksanakan minhajillah serta mengambil sepuas-puasnya nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.  Dengan demikian ia mendapatkan panduan hidup yang membimbingnya mencapai kebahagiaan.
Tafakur alam iaitu mengamati, membahas dan menyelidiki Sunnatullah di alam semesta dengan tujuan mengambil manfaat dengan menemukan berbagai sarana yang diperlukan ummat Islam.
Mengingat kematian iaitu selalu mengingatkan dirinya terhadap saat bertanggung-jawab di hadapan Allah.  Dengan demikian ia senantiasa berupaya memanfaatkan seluruh masa hidupnya yang terbatas untuk berkhidmat pada jalan Allah.
Dengan tiga aktiviti di atas tanpa meninggalkan satupun daripadanya, muslim memiliki fikrah dan ideologi yang penuh berkah.  Pada gilirannya ia akan mampu menemukan konsep yang benar (minhaj yang shohih) dalam setiap gerak kehidupannya.

Dalil :

Hadits Rasulullah SAW, “Dien itu aqal, tidak ada dien bagi yang tidak berakal”.
Q.39:18, ulil albab (orang yang mempunyai fikiran siap menampung segala informasi dan hanya menjadikan perkataan Allah (Al-Qur’an sebagai panduan hidupnya).
Hadits sabda Rasulullah, “Hikmah itu milik orang yang mukmin dimana sahaja ia jumpai, maka ia yang paling berhak atasnya”.
Q.38:29, 47:24, Al-Qur’an mesti ditadaburkan oleh setiap muslim agar menjadi ulil albab.
Q.29:49, Kitabullah merupakan ayat-ayat yang nyata di dalam hati orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.
Q.3:191, ulil albab memikirkan kejadian dan fenomena alam semesta untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kemajuan Islam.
Q.41:53, Allah memperlihatkan tanda-tanda kekuasaanNya untuk diamati oleh mereka yang memiliki fikiran.
Hadits, sabda Rasulullah, “Perbanyaklah oleh kamu mengingat pemutus segala kelezatan (kematian)”.
Q.3:192-194, ulil albab selalu membayangkan kematian di hadapan matanya sehingga ia senantiasa berlindung dari siksa neraka dan azab Allah.
Q.5:48, mukmin menjadikan kitabullah sebagai konsep hidupnya dengan tidak mengikuti hawa nafsu dalam pelaksanaan kitabullah.


2.     Amal Islami.

Sarahan :

Dengan adanya niat yang ikhlas dari qolbun salim dan minhaj yang benar dari akal yang cerdas, muslim dapat bekerja untuk Islam, iaitu aktiviti membangun dienullah dalam realiti kehidupan manusia.  Sesuai kondisi ummat Islam dewasa ini, medan amal islami adalah :

Dalil :

Q.9:105, perintah Allah agar beramal dengan mengikuti minhaj Allah.  18:110, dengan adanya ikhlas hendaknya beramal soleh.
Q.63:10-11, 4:78, beramal soleh dan berinfak jangan ditunda-tunda.
Q.103:1-3, semua manusia merugi kecuali yang beriman dan beramal soleh.
Hadits, sabda Rasulullah, “Bersegeralah kepada amal dimana kalian tidak menunggu-nunggu kecuali tujuh hal :   1. Kemiskinan yang melalaikan,  2. Kekayaan yang menjadikan melampaui batas,  3. Sakit yang merusak,  4. Masa tua yang melumpuhkan segala tenaga,  5. Kematian yang menghabiskan segala-galanya,  6. Atau dajjal yang paling buruk ditunggu-tunggu,  7. Hari kiamat dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit”.

2.1.  Dakwah dan Tarbiyah.

Sarahan :

Dakwah dan tarbiyah iaitu mengajak manusia untuk memahami Islam serta mendidik mereka untuk mengamalkan kehidupan yang Islami.

Dalil :

Q.41:33, 16:125, keutamaan dakwah (menyeru manusia) ke jalan Allah.

2.2.  Harakah dan Jihad.

Sarahan :

Iaitu mengajak mereka yang telah di tarbiyah untuk berjuang dengan segenap kemampuannya menegakkan konsep Islam dengan semangat Jihad.

Dalil :

Q.29:6, manfaat jihad kembali kepada diri sendiri.
Q.47:31, hidup mukmin harus berjihad dan bersabar.
Q.9:120, setiap amal jihad ada balasannya disisi Allah.


Ringkasan Dalil :


Syahadah merupakan pernyataan Tauhidullah :
Allah sebagai tujuan hidup, Islam sebagai manhaj hidup dan rasul merupakan qudwah di dalam kehidupan.

Syahadah bersumberkan :
Hati yang bersih  (26:87-89, 50:33), mengharapkan rahmat Allah (10:58, 33:21, 18:110), takut pada siksaan Allah (3:192, 25:65, 76, 76:10), pecinta Allah (2:165, 5:54), berasaskan aqidah yang salimah (sejahtera), menghasilkan niat yang ikhlas.
Keseluruhannya melahirkan harakah dan jihad, dakwah dan tarbiyah.

 



A-10.  SIBGOH WAL INQILAB



Objektif


Memahami bahawa syahadatain harus merubah diri sendiri baik dalam keyakinan, pemikiran, perasaan maupun tingkah laku.
Mengerti rangkuman menyeluruh dari syahadatain sebagai titik tolak program pembinaan.
Menyadari bahawa nilai pribadi seorang muslim terletak pada syaksyiyah islamiyahnya.

Sinopsis


Syahadatain yang terdiri dari syahadah laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah mesti diucapkan, diyakini dan diamalkan dengan baik.  Ucapan laa ilaha illa Allah menjadikan pengabdian hanya kepada Allah sahaja.  Sikap kita kepada syahadah uluhiyah ini adalah ikhlas menerima dan mengamalkan.  Sedangkan Muhammad Rasulullah dijadikan sebagai contoh yang hasanah dan dijadikan sebagai ikutan kita.

Syahadatain mesti didasari kepada mahabbah (cinta) yang kemudian menghasilkan redha kepada setiap yang disuruhnya.  Dari cinta dan redha ini muncul iman yang kemudian akan mewarnai diri kita dan sekaligus merubah diri kita dari segi iktiqodi, fikri, syu’uri dan suluki sehingga muncul pribadi muslim yang mempunyai nilai.

Hasyiah


1.     Syahadatain.

Sarahan :

Dua kalimah syahadah merupakan keyakinan yang tertanam di lubuk hati setiap muslim.  Tidak sekadar keluar dari mulut sahaja tetapi menuntut bukti dalam amal perbuatan ia terdiri dari dua bahagian iaitu pengakuan bahawa tiada ilah selain Allah dan pengakuan bahawa Muhammad Rasulullah.

Dalil :

Q.4:123, Iman bukan merupakan angan-angan tetapi menuntut perbuatan yang mencerminkan nilai-nilai iman tersebut.
Q.61:2-3, Allah membenci orang yang beriman hanya dengan mulutnya sahaja.
Q.17:109, orang mukmin sejati memiliki interaksi yang kuat dengan kitabullah sehingga mengamalkan Islam.
Q.3:113, diantara ahli kitab yang sungguh-sungguh mukmin selalu membaca kitabullah, beramar ma’ruf dan nahi munkar, serta bersegera dalam kebaikan.

1.1. Pengakuan bahawa tiada ilah selain Allah.

Sarahan :

Merupakan bahagian pertama syahadatain yang maknanya tiada yang boleh, sesuai atau wajib disembah kecuali hanya Allah.  Penyembahan yang benar terhadap Allah melahirkan sikap ikhlas.

Dalil :

Q.21:25, pengertian laa ilaha illa Allah adalah tiada yang diabdi selain Allah, lihat pula 2:22-23, 16:36, pengertian laa ilaha illa Allah menuntut adanya penghambaan secara menyeluruh kepada Allah dan pengingkaran kepada Thagut.

1.2. Pengakuan bahawa Muhammad Rasulullah.

Sarahan :

Bahagian kedua dari syahadatain adalah menerima secara ikhlas dan senang hati Muhammad SAW sebagai utusan Allah.  Dengan penerimaan ini muncul kesediaan menjadikan Rasulullah sebagai uswah.

Dalil :

Q.33:21, 3:31, Rasulullah SAW adalah teladan sekaligus uswah dalam kehidupan muslim.
Q.4:80, 4:64, seorang Rasul diutus untuk ditaati, maka penyelewengan terhadap perintah Rasul adalah kemunafikan.  Lihat 24:63, 8:24, kewajiban mukmin memenuhi seruan Allah dan Rasul dan tidak mentaati Rasul membuat tertutupnya hati.


2.     Cinta.

Sarahan :

Merupakan dasar kesediaan seorang mukmin dalam mengamalkan kandungan syahadatain.

Dalil :

Q.2:165, 8:2, cinta sebagai landasan penerimaan syahadatain.  Lihat pula hasiyyah sebelum ini.


3.     Redha.

Sarahan :

Merupakan hasil logik cinta mukmin kepada Allah dan Rasul.

Dalil :

Q.76:32, redha sebagai realisasi cinta, lihat pada hasiyah A-6.


4.     Iman.

Sarahan :

Syahadat muslim merupakan realisasi imannya kepada Allah.  Kelezatannya dapat dicapai dengan adanya cinta dan redha kepada Allah, Rasul dan Islam.

Dalil :

·         Q.61:10-11, syahadatain adalah realiti iman kepada Allah dan Rasul.  5:7, 2:285, perjanjian syahadat berhubungan dengan keimanan kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul, Hari akhir dan Qadha qadar.


5.     Sibgah.

Sarahan :

Dengan keimanan yang benar maka perilaku dan kehidupan mukmin diwarnai oleh Allah.  Fenomena nya adalah berubahnya seluruh aktiviti hidupnya menjadi ibadah kepada Allah SWT.

Dalil :

Q.2:138, sibgah merupakan keimanan kepada Allah yang sesungguhnya.  Seluruh perilaku mukmin diwarnai oleh syahadatain dan merupakan pengabdian kepada Allah.

6.     Perubahan Menyeluruh.

Sarahan :

Syahadat yang telah masuk ke dalam diri mukmin dan mewarnai hidupnya pasti melahirkan perubahan yang menyeluruh yang mencakupi perubahan keyakinan, perubahan pemikiran, perubahan perasaan dan perubahan tingkah laku.
Perubahan keyakinan.  Sebelum syahadatnya mungkin dia berkeyakinan bahawa loyaliti dan ketaatan dapat diberikan kepada tanah air, bangsa, masyarakat, seni, ilmu dan sebagainya, disamping mengabdi kepada Allah.  Tetapi setelah bersyahadat ia melepaskan semua itu dan hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang diabdi, ditaati dan diminta pertolongan.
Perubahan pemikiran.  Sebelum meyakini syahadatnya mungkin ia berfikir boleh menerima syariat, aturan hidup dan perundang-undangan bersumber kepada adat istiadat datuk atau nenek moyang, pemikiran jahiliyah dari ilmuwan dan filosof, hawa nafsu penguasa dan sebagainya.  Setelah memahami akibat dari syahadatain maka ia hanya mengikuti pola fikir Islam yang bersumber dari Allah dan RasulNya, kemudian hasil ijtihad orang-orang mukmin yang sesuai dengan bimbingan Allah dan Rasul.
Perubahan perasaan.  Sebelum memahami syahadatain ini mungkin perasaannya yang berupa cinta, takut, benci, marah, sedih atau senang ditentukan oleh situasi dan kondisi yang menimpa dirinya atau keadaan di sekelilingnya.  Misalnya ia senang dengan mendapatkan keuntungan dari hasil usahanya, mendapat baju yang paling trendy, mendapat profesi yang menguntungkan.  Sedih karena hilangnya kekayaan, merasa hina karena kemiskinan dan sebagainya.  Maka setelah menghayati makna syahadatain tiada yang menyenangkan dan menyedihkan melainkan semua terkait dengan kepentingan Allah dan RasulNya.  Maka ia sedih bila ada yang masuk kedalam kekufuran, sedih bila ada muslim yang disakiti, sedih memikirkan nasib kaum muslimin sebagai ummat Muhammad.  Kemudian dia merasa senang dengan kemajuan dakwah, kebangkitan ummat dan sebagainya.
Perubahan tingkah laku.  Sebelum mengerti kandungan syahadatain mungkin tingkah laku seseorang mengikuti hawa nafsunya, menuruti bagaimana kondisi lingkungan.  Berpakaian, bersikap, bergaul, mengisi waktu dengan kebiasaan-kebiasaan jahiliyah yang tidak ada tuntunannya dari Islam.  Tetapi setelah mengerti syahadatain ini ia berubah.  Tingkah lakunya mencerminkan akhlak Islam, pergaulannya mengikuti syariah, waktunya diisi dengan hal-hal yang bermanfaat samada bagi dirinya maupun orang lain.

Dalil :

Perubahan menyeluruh terjadi pada pribadi Ummar bin Khattab RA, Mus’ab bin Umair, Saad bin Abi Waqqash dan para sahabat lainnya, ini merupakan bukti bahawa syahadatain membawa perubahan pada diri yang mengucapkannya.
Contoh ini terjadi pada tingkah laku Mus’ab bin Umair yang sebelum Islam merupakan seseorang pemuda yang sangat dikenal ketampanannya di kota Mekkah.  Setelah Islam ia menjadi mujahid dakwah, ketika wafatnya ia hanya punya sehelai kain burdah untuk menutupi jasadnya yang syahid.  Bila kepalanya ditutup kakinya terbuka dan bila kakinya ditutup maka kepalanya terbuka.


7.     Kepribadian Yang Islami.

Sarahan :

Dengan adanya perubahan pada empat hal diatas maka muslim memiliki kepribadian yang Islami.  Pribadi ini mendasarkan keyakinan, bentuk berfikir, emosi, sikap, pandangan, tingkah laku, pergaulan dan masalah apa sahaja dengan dasar Islam.

Dalil :

Q.68:4, akhlak pribadi yang Islami terdapat pada diri Rasulullah.
Hadits, akhlak Rasul adalah akhlak Al-Qur’an.


8.     Bernilai  (disisi Allah).

Sarahan :

Tatkala seorang muslim telah memiliki kepribadian Islami dengan utuh, maka ia akan memiliki nilai disisi Allah.  Pribadi-pribadi ini dalam jumlah yang banyak bergabung menjadi ummat.  Bila ummat Islam telah memiliki banyak pribadi seperti ini ia akan diperhitungkan oleh lawan-lawannya.  Ummat seperti ini mampu membawa amanat menegakkan khilafah Islamiyah.

Dalil :

Q.24:55, janji Allah akan tegaknya khilafah.
Q.33:72, amanah memikul dien dibebankan pada manusia tetapi hanya manusia yang pandai dan tidak zalim dapat menerimanya.


Ringkasan Dalil :


Syahadatain :

Laa ilaha illa Allah artinya “Tiada yang diabdikan selain Allah”, intinya ikhlas.
Muhammadurasulullah artinya “Menjadikan Rasulullah sebagai suri teladan”, intinya ittiba’ (mengikuti).
Wajib cinta (mahabbah) redha, iman, membentuk sibghoh (2:138), menimbulkan perubahan total (2:207-208) :  dalam keyakinan (6:19), dalam cara berfikir (50:37, 67:10), dalam perasaan/selera (24:26, 5:100), dalam tingkah laku (25:63).
Seluruhnya itu membentuk kepribadian Islam (3:64), yang bernilai disisi Allah (5:27, 49:13).

0 comments:

related post